KANAL24, Malang – Dialektika kebangsaan Islam itu adalah dialegtika masa depan. Diungkapkan oleh ulama kondang KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq), dalam acara “Ngaji Kebangsaan” dengan tema “Dialektika Islam dan kebangsaan: Tafsir Kontekstual Resolusi Jihad untuk Keilmuan dan Peradaban”, Selasa (29/10/2019) di Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya.
Ulama kelahiran Lamongan itu menjelaskan bahwa di zaman milenial ini, manusia dapat bertemu dalam satu ruang yang sesungguhnya dan ini merupakan capaian peradaban.
“Ada satu batasan yang tidak bisa dicapai oleh milenial, yakni batasan teritori negara bangsa atau nation state. Batas ini merupakan batas yang diberikan Allah kepada umat Rasulullah,” terangnya.
Lebih lanjut, mantan Sekjen mahasiswa Islam se-Asia Tenggara itu menjelaskan, batasan itu dibuat agar umat Rasulullah menjadi umat yang pengertian akan perbedaan. Allah sudah bikin resolusi agar manusia tidak tersandera masa lalu, agar manusia saling pengertian, sesama agama dan sesama warga lintas bangsa. Islam sudah dipersiapkan untuk menjadi masa depan.
Muwafik mencontohkan, pada barang-barang yang saat ini digunakan umat islam untuk menjalankan ibadah. Seperti, menggunakan pesawat yang merupakan buatan Yahudi untuk pergi haji ke Mekkah, sistem perbankan, dll. Umat islam tidak boleh lupa bahwa walaupun diciptakan dengan bentuk fisik yang berbeda-beda, tetapi guru dari semua umat hanyalah satu yakni Nabi Adam dan Siti Hawa.
“Rencana Allah untuk menyiapkan islam sebagai resolusi masa depan, bisa dilihat dari jejak Nabi Ibrahim yang dibiarkan utuh di sebuah batu di Makam Ibrahim, jejak Nabi Ismail dalam sebuah bentuk Hijir Ismail, Siti Hajar yang berlari-lari dari Shafa ke Marwah sebanyak 7 kali dijadikan oleh umat muslim sebagai salah satu syarat ibadah haji. Ini merupakan tanda dari islam sebagai resolusi masa depan,” pungkas alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.
Pelaksanaan acara Ngaji Kebangsaan ini, merupakan rangkaian dari peringatan Hari Santri Nasional. Sebagai tuan rumah, Rektor UB Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, M.S, menyebut dipilihnya tema tersebut karena santri adalah semua kita yang mengembangkan ilmu berbasis adab agama dan adab nusantara. Adab ini adalah adab yang menuntun ilmu sehingga mampu mengembangkan peradaban. (sdk)