Kanal24, Malang – Memasuki dunia kerja ibarat menavigasi labirin tanpa peta—peluang besar mungkin ada di depan mata, namun seringkali tersembunyi di balik dinding tantangan yang kian kompleks. Tantangan ini tidak hanya terkait minimnya lapangan pekerjaan, tetapi juga ketidaksesuaian antara keahlian pekerja dan kebutuhan industri.
Tingginya angka pengangguran di Indonesia yang kini mencapai 7,28 juta jiwa pada Februari 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional sebesar 4,76 persen pada periode tersebut. Di Jawa Timur, TPT tercatat sebesar 3,61 persen, dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki TPT tertinggi, yaitu 5,87 persen, disusul lulusan universitas sebesar 5,60 persen
Di tengah disrupsi digital, generasi muda juga sering kali kesulitan menentukan arah karier yang sesuai dengan minat dan potensi mereka. Kondisi ini menekankan pentingnya perencanaan karier sejak dini agar generasi mendatang mampu menghadapi dunia kerja dengan percaya diri.
Menyadari urgensi ini, tim dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya (UB) menginisiasi program psikoedukasi bertajuk “Dari Cita-Cita ke Realita: Strategi Perencanaan Karir untuk Siswa SMP”, yang dilaksanakan di SMPN 10 Malang pada Jumat (23/5/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memberikan panduan bagi generasi muda untuk merancang masa depan yang lebih terarah dan terencana.
Kegiatan ini diikuti lebih dari 60 siswa dari kelas 9B, 9C, dan 9E dengan tim pelaksana yang terdiri dari dosen Psikologi UB yaitu Yuliezar Perwira Dara, Ulifa Rahma, dan Sukma Nurmala serta sejumlah mahasiswa pendamping.
“Di sini, kita akan belajar bagaimana mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat SMPN 10 Malang, Mahendra Pradibta, S.Pd., dalam sambutannya.

Materi utama disampaikan oleh Yuliezar Perwira Dara, yang membahas pentingnya perencanaan karier, tantangan dalam meraih cita-cita, serta strategi konkret untuk mencapainya. Sesi ini dilengkapi dengan pendekatan interaktif, seperti kisah inspiratif dari tokoh sukses, kegiatan “pohon harapan” yang mana siswa menuliskan cita-cita mereka pada sticky note berbentuk daun serta diskusi kelompok yang mendorong dukungan sebaya dalam meraih impian masing-masing.
“Seluruh peserta juga mengikuti tes untuk mengidentifikasi minat dan kecenderungan karier mereka. Tes ini dilaksanakan dengan bimbingan langsung dari tim dosen dan mahasiswa,” ujar dosen yang akrab disapa Wira ini.
Di akhir kegiatan, siswa diminta mengisi post-test dan lembar evaluasi untuk mengukur pemahaman serta mendapatkan masukan terhadap program yang telah berlangsung. Salah satu siswa menuliskan bahwa kegiatan ini membuatnya lebih percaya diri dan yakin dengan cita-citanya. Seorang guru juga menyampaikan harapannya agar kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan secara berkala.
Melalui kegiatan psikoedukasi ini, diharapkan para siswa mampu mulai merancang masa depan mereka secara lebih terarah, dengan bekal pemahaman dan strategi yang mendukung pencapaian cita-cita mereka.(Din)