Kanal24, Malang – Layanan perpustakaan tidak lagi terbatas pada peminjaman dan pengelolaan koleksi, melainkan telah berevolusi menjadi pendukung utama dalam proses riset dan publikasi ilmiah. Hal ini disampaikan oleh Pitoyo Widhi Atmoko, M.Si, dalam sesi pelatihan hari kedua bertema “Menavigasi Era AI untuk Layanan Perpustakaan Unggul” yang diadakan UPT Perpustakaan Universitas Brawijaya, Kamis (12/06/2025).
Dalam sesi tersebut, Pitoyo menyoroti pentingnya penguasaan tools referensi bagi pustakawan, yang kini dituntut mampu memberi solusi tepat bagi pemustaka – baik dosen maupun mahasiswa – dalam menemukan referensi sesuai kebutuhan riset mereka.
“Pustakawan harus siap memberikan rujukan yang relevan dan presisi sesuai dengan topik yang sedang diteliti. Ini akan mengarahkan penelitian menjadi lebih berkualitas,” jelas Pitoyo.
Baca juga:
UPT Perpustakaan UB Luncurkan Inovasi Layanan Baru

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa layanan pustakawan tidak berhenti pada pencarian referensi saja, tetapi juga berlanjut hingga proses penulisan paper dan pendampingan saat proses publikasi. “Kami hadir membantu sampai tahap submit artikel ke jurnal ilmiah. Soal diterima atau tidaknya, itu tergantung pada hasil review. Tapi prosesnya, kami dampingi penuh,” katanya.
Pitoyo juga mengungkapkan capaian membanggakan dari UPT Perpustakaan UB dalam satu tahun terakhir, yakni telah mendampingi lebih dari 100 artikel yang disiapkan bersama pustakawan, dengan sekitar 25 di antaranya berhasil terbit di jurnal bereputasi dan terindeks Scopus.
Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran pustakawan kini semakin krusial sebagai mitra akademik dalam menghasilkan penelitian bermutu. Terlebih, dengan kemajuan teknologi AI dan database ilmiah yang terus berkembang, kecepatan adaptasi menjadi kunci utama.
“Tools referensi ini berkembang sangat cepat. Bisa saja hari ini belum ada fitur tertentu, tapi minggu depan sudah muncul fitur baru yang sangat membantu. Maka, pustakawan wajib punya kemampuan adaptasi teknologi secara cepat,” tambahnya.
Pitoyo juga menjelaskan bagaimana layanan referensi kini bisa dipersonalisasi sesuai kebutuhan pemustaka. Ini menuntut pustakawan mampu menjangkau berbagai disiplin ilmu. “Jika pagi ketemu mahasiswa dari pertanian, pustakawan harus tahu konteks dan referensinya. Siang nanti mungkin bertemu dengan pemustaka dari perikanan, lalu teknik, atau ekonomi. Maka pustakawan harus siap melayani semua,” terangnya.
Pendampingan lanjutan pun dilakukan secara intensif melalui sesi-sesi terstruktur di ruang khusus yang tersedia, termasuk layanan konsultasi satu lawan satu, maupun kelas pendampingan kelompok.
Ia menambahkan bahwa semua pengalaman ini harus dibagikan dan disebarluaskan agar perpustakaan di institusi lain juga bisa ikut berkembang. “Sharing pengalaman ini sangat penting. Supaya bukan hanya UB yang merasakan manfaatnya, tapi juga perguruan tinggi lain yang sedang meningkatkan kapasitas pustakawannya,” ucapnya.
Baca juga:
Perpustakaan UB Kenalkan Perpustakaan dan Kepustakaan Online kepada Maba UB
Terakhir, Pitoyo menegaskan bahwa pustakawan akademik adalah tulang punggung keberhasilan penelitian yang berkualitas, bukan hanya penjaga literatur. Mereka kini berperan sebagai navigator informasi, mitra kolaborasi, sekaligus jembatan antara kebutuhan akademik dan solusi teknologi.
“Kalau perpustakaan ingin tetap relevan, maka pustakawannya harus terus belajar, tumbuh, dan berani berinovasi mengikuti zaman,” pungkasnya.
Dengan pelatihan ini, UPT Perpustakaan UB sekali lagi membuktikan komitmennya dalam membentuk pustakawan masa depan yang cakap teknologi, tangguh secara akademik, dan siap menjadi penggerak kemajuan ilmu pengetahuan. (nid/bel)