KANAL24, Malang – Hari ini ( 13/11/2019), bertempat di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, M.T., IPU dikukuhkan sebagai Profesor dalam Bidang Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air pada Fakultas Teknik. Pitojo merupakan Profesor ke-14 di FT, dan ke-252 di UB.
Dekan FT UB ini menyampaikan orasi ilmiahnya tentang daya dukung sumber air pada rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur. Rencana pemindahan ibukota akan melibatkan pemindahan penduduk 800.000 ASN akan berpindah dari Jakarta ke Kaltim, penyiapan area lokasi induk seluas 40.000 ha dengan luas lahan pengembangan 180.000 ha, pembangunan sarana dan prasarana dengan kebutuhan biaya yang cukup besar.
“Sumber daya air yang mencukupi secara kuantitas dan kualitas sebagai fungsi dari waktu, karena air baku merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hal ini berimplikasi pada upaya layanan air baku yang memenuhi kebutuhan dari sisi ketersediaan secara kuantitas dan kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan. Air permukaan menjadi pilihan utama dalam pemenuhan kebutuhan air baku untuk menopang semua rencana kegiatan pusat pemerintahan dengan pendukungnya yakni, permukiman, kawasan pendidikan, pusat penelitian dan perdagangan-jasa,” terang pakar teknik pengairan itu.
Lanjutnya, manajemen dan rekayasa sumber daya air yang komprehensif diharapkan mampu menjawab tantangan ke depan yaitu ketersediaan air baku yang relatif tetap dan bahkan terancam menurun kualitasnya, akan tetapi berbanding terbalik dengan laju permintaan yang terus meningkat. Perlu keseimbangan neraca air antara ketersediaan dan kebutuan air baku kawasan rencana ibu kota negara di Kalimantan Timur.
Penyediaan air baku dalam jumlah besar bisa dilakukan dengan upaya menampung, tekniknya membangun waduk atau bendungan. Pembangunan bendungan membutuhkan waktu dan proses, mulai dari kajian kelayakan, perencanaan dan pembangunan. Pemerintah perlu untuk menyusun timeline dalam pengelolaan air bersih di Kalimantan Timur, mulai dari program-program kegiatan, waktu pelaksanaan pembangunan, tahapan distribusi, pilihan teknologi dan lainnya.
“Rencana pemindahan ibukota negara di Kalimantan Timur berimplikasi pada perubahan tata guna lahan dan juga diprediksi akan menyebabkan timbulnya dampak negatif terhadap aspek sumber daya air yang harus diantisipasi, pertama, proses keberlanjutan siklus hirologi dapat terganggu dengan adanya kegiatan manusia yang berlebihan. kedua, meningkatnya nilai koefisien limpasan permukaan akibat berubahnya lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun. ketiga, perubahan tata guna lahan berdampak pula pada adanya potensi erosi lahan yang makin meningkat. keempat, aktivitas kegiatan ibu kota akan menyebabkan timbulnya zat sisa yaitu sampah dan limbah,” jelasnya.
Selain memanfaatkan teknologi rancang bangun infrasruktur bendungan dan waduk untuk mengusahakan penyediaan kebutuhan air baku di lokasi rencana ibu kota, maka penerapan pengembangan ilmu manajemen dan rekayasa sumber daya air mutlak dilakukan untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang optimal dan sesuai dengan kondisi data yang sesuai di lapangan meliputi: pendekatan model deterministik dan stokastik, pendekatan model optimasi linier programming dan dinamic programming, simulasi operasi waduk serta model statistik dan matematik peramalan hujan-debit atau debit-debit.
Upaya mengantisipasi dampak negatif yang timbul, dilakukan dengan menyiapkan kota yang ramah terhadap tata kelola sumber daya airnya. Menjadikan ibu kota negara berkonsep forest city diyakini akan menekan perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi lahan terbangun sebagai sumber dampak negatif yang timbul.
“Forest city merupakan upaya untuk mempertahankan 50 persen luas hutan. Pemanfaatan lahan untuk area terbangun dengan mengadopsi elemen kota hijau di lokasi rencana ibu kota negara baru di Kalimantan Timur diprediksi mampu menjawab tantangan dalam menjaga kelangsungan dan ketersediaan kebutuhan air baku. Dengan menggunakan konsep green planning & green design, green community, green open space, green building dan green water,” pungkas alumni ITS tersebut. (meg)