Kanal24, Malang – Dunia internasional kembali berada di ujung tanduk menyusul eskalasi besar-besaran di kawasan Timur Tengah. Serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Minggu (22/6/2025) menandai babak baru ketegangan global, yang dinilai bisa memicu krisis keuangan dunia lebih parah dari krisis 2007–2008.
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, menyebut keterlibatan langsung militer AS di Iran bisa memicu efek domino di kawasan dan pasar global. Ia menjelaskan bahwa respons dari sekutu-sekutu Iran seperti Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, dan milisi Syiah di Irak, Suriah, hingga Afghanistan sangat mungkin terjadi. Mereka diperkirakan akan melakukan serangan balasan terhadap kepentingan AS dan Israel.
Baca juga:
Seminar FH UB Uji Substansi dan Arah RKUHAP
“Dan kita tahu, saat kawasan itu terbakar, dunia ikut panas. Pasar modal global akan terguncang, investor akan mengalihkan dana ke aset aman seperti emas dan dolar AS, yang pada akhirnya menciptakan ketidakseimbangan baru di pasar global,” kata Achmad kepada Liputan6.com, Selasa (24/6/2025).
Logistik Dunia Terancam
Selain instabilitas pasar, jalur logistik internasional juga terancam lumpuh. Wilayah Laut Merah dan Terusan Suez sebagai salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia berada di titik rawan akibat kemungkinan serangan dari kelompok Houthi dan milisi bersenjata lainnya.
“Kalau situasi ini berlanjut, dunia bisa mengalami gangguan pasokan besar-besaran. Krisis rantai pasok yang belum pulih sejak pandemi bisa kembali memburuk. Ini akan berimbas pada melonjaknya harga pangan dan energi,” tambahnya.
Kondisi ini dapat memperparah ketimpangan sosial, terutama di negara-negara berkembang. Kelaparan di Afrika bisa makin meluas, dan ketegangan sosial di Asia dan Amerika Latin berpotensi meningkat drastis.
“Situasi ini akan mengulang krisis keuangan 2007/2008, tetapi dalam skala yang jauh lebih parah,” tegas Achmad.
AS Targetkan Situs Nuklir Iran
Serangan udara Amerika Serikat dilaporkan menyasar tiga situs nuklir strategis Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi operasi ini sebagai respons terhadap agresi regional Iran dan demi mengamankan kepentingan nasional AS dan sekutunya.
Langkah ini langsung disambut dengan eskalasi defensif oleh Israel, yang menutup wilayah udaranya pada hari yang sama. Otoritas Bandara Israel mengumumkan penutupan menyeluruh untuk seluruh penerbangan sipil dan komersial, sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan serangan balasan dari Iran.
Sejumlah maskapai internasional pun dilaporkan telah mengubah jalur penerbangan mereka untuk menghindari langit Israel, sementara penerbangan dari dan ke Bandara Ben Gurion dihentikan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Baca juga:
Pakar HI UB: Perang Iran-Israel Picu Krisis Energi Dunia
Dari Perang Proksi ke Konflik Terbuka
Menurut Achmad, keterlibatan langsung militer Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa konflik di Timur Tengah tidak lagi berada dalam ranah perang proksi. “Ini sudah menjadi konflik militer terbuka antara kekuatan global dengan negara-negara kawasan. Dampaknya jauh lebih luas, karena stabilitas global dipertaruhkan,” ujarnya.
Ia juga memperingatkan bahwa jika komunitas internasional tidak segera bertindak sebagai penengah, efek jangka panjang dari konflik ini bisa mengarah ke krisis multidimensi yang melibatkan aspek ekonomi, energi, pangan, keamanan global, dan stabilitas politik internasional. (nid)