Kanal24, Malang – PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) bersama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) mencatat pencapaian signifikan dalam transisi energi hijau di Indonesia melalui penerbitan Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei. Proyek ini memanfaatkan limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai bahan baku utama dalam menghasilkan energi listrik ramah lingkungan.
Teknologi yang digunakan dalam proyek ini adalah covered lagoon, yaitu sistem penampungan limbah cair yang memungkinkan penangkapan gas metana untuk diolah menjadi listrik. PLTBg Sei Mangkei memiliki kapasitas sebesar 2,4 MW, cukup untuk memasok kebutuhan energi lebih dari 3.000 rumah tangga per hari.
Selain itu, proyek ini juga berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 35.475 ton COāe, setara dengan pengurangan emisi dari lebih dari 8.000 mobil berbahan bakar bensin atau penyerapan karbon oleh sekitar 570.000 pohon.
Baca juga:
Artcofest 2025: Kolaborasi Riset dan Industri untuk Inovasi Kopi Nasional
Ekonomi Sirkular & Nilai Tambah Industri Sawit
Direktur Utama Pertamina NRE, John Anis, menyebut bahwa keberhasilan proyek PLTBg Sei Mangkei menandai bentuk nyata kontribusi perusahaan dalam mendukung transisi menuju energi bersih. Menurutnya, penerbitan SPE menjadi bukti bahwa dampak lingkungan dari proyek energi hijau kini diakui secara ekonomi melalui perdagangan kredit karbon.
Sementara itu, Direktur Bisnis PTPN III, Ryanto Wisnuardhy, menegaskan bahwa pemanfaatan limbah sawit tidak hanya berfungsi mengurangi pencemaran, tetapi juga menciptakan nilai tambah baru bagi perusahaan. Melalui pendekatan ekonomi sirkular, limbah yang sebelumnya tidak termanfaatkan kini diubah menjadi energi terbarukan yang bernilai tinggi.
PTPN III juga merencanakan pengembangan fasilitas biogas serupa di lebih dari 20 pabrik kelapa sawit lain di bawah pengelolaannya, sebagai langkah memperluas dampak positif proyek ini.
Potensi Energi dari Limbah Sawit di Indonesia
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa potensi listrik yang bisa dihasilkan dari limbah kelapa sawit di Indonesia mencapai sekitar 12.654 MW. Wilayah dengan potensi terbesar berada di Sumatera dan Kalimantan, dua daerah dengan konsentrasi perkebunan sawit tertinggi di Tanah Air.
Dengan potensi sebesar itu, proyek seperti PLTBg Sei Mangkei dapat menjadi model penerapan energi terbarukan berbasis sumber daya lokal. Pengembangan proyek serupa di berbagai daerah berpotensi memperkuat bauran energi nasional, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mempercepat pencapaian target net zero emission pada 2060.
Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial
Pemanfaatan limbah sawit menjadi energi listrik membawa manfaat yang luas bagi berbagai sektor:
- Lingkungan: Gas metana yang dihasilkan dari limbah cair tidak lagi dilepaskan ke atmosfer, melainkan dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Hal ini berkontribusi langsung dalam menekan emisi gas rumah kaca.
- Ekonomi: Energi listrik yang dihasilkan mendukung kawasan industri hijau, mengurangi biaya energi, serta membuka peluang perdagangan kredit karbon melalui pasar domestik.
- Sosial: Proyek ini menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan memperkuat posisi kawasan industri Sei Mangkei sebagai pionir ekonomi hijau di Indonesia.
Tantangan dan Arah ke Depan
Meski memiliki potensi besar, pemanfaatan limbah sawit sebagai sumber energi terbarukan masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan teknologi pengolahan biogas yang memadai serta kebutuhan tenaga ahli dalam operasional sistem tersebut.
Selain itu, keterbatasan jaringan listrik di beberapa daerah perkebunan menjadi hambatan tersendiri dalam penyaluran energi yang dihasilkan ke sistem listrik nasional. Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan swasta dalam memperkuat infrastruktur serta memperluas penerapan teknologi energi hijau.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, proyek seperti PLTBg Sei Mangkei diharapkan dapat menjadi contoh keberhasilan ekonomi sirkular di sektor perkebunan, sekaligus langkah strategis dalam mewujudkan kemandirian energi nasional yang berkelanjutan.
Transformasi limbah kelapa sawit menjadi energi listrik bukan hanya inovasi teknologi, melainkan juga wujud komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Keberhasilan proyek PLTBg Sei Mangkei menunjukkan bahwa energi hijau dapat lahir dari sumber daya lokal dengan dampak lingkungan yang minim, manfaat ekonomi yang besar, dan nilai sosial yang kuat.
Dengan sinergi lintas sektor, pemanfaatan limbah sawit sebagai sumber energi bersih dapat menjadi tonggak penting menuju masa depan energi nasional yang berdaulat, berkeadilan, dan berkelanjutan. (nid)










