KANAL24, Malang – Upaya memunculkan konsep mobil yang ramah lingkungan, hemat energi terus dilakukan oleh berbgaai pihak termasuk Departemen Teknik Elektro UB melalui riset fuell cell hybrid. Riset ini mencoba mengkombinasikan antara teknologi baterai dan hidrogen sebagai sumber energi mobil.
Dosen Departemen Teknik Elektro waru Djuriatno yang terlibat dalam riset ini menjelaskan alasan menggunakan kombinasi teknologi baretai dan hidrogen karena baterai harganya mahal dengan ukuran yang besar untuk dipasang dimobil.
“Teknologi baterai untuk mobil saat ini masih mahal dengan ukuran yang besar sehingga kami mencoba melakukan hybrid dengan hidrogen,” kata Waru.
Ditemui di workshopnya yang berada di gedung Teknik Elektro UB, Waru mengatakan riset ini merupakan bagian dari program Globalizing UB yang digawangi oleh Wakil Rektor IV. Melalui riset ini pihaknya menawarkan sumber energi untuk kendaraan listrik yang bersumber dari baterai dan hidrogen secara hybrid.
Konsep ini memiliki beberapa keunggulan karena sumber energi yang digunakan dua yaitu batera idan hidrogen sehingga nantinya ukuran baterai listrik yang digunakan dapat lebih kecil dengan tenaga yang dihasilkan lebih besar. Melalui DC-DC Converter maka pengemudi dapat mengubah sumber bahan bakar mobil dari baterai ke hidrogen dan sebaliknya.

Menurutnya pengembangan mobil dengan tenaga hybrid ini juga dilirik negara-negara maju yang berpikiran bahwa sumber tenaga mobil listrik tidak hanya baterai.
Dibantu oleh tim mahasiswanya, saat ini riset yang dikembangkan oleh Waru sudah mampu menggerakkan gardan mobil dan akan terus dikembangkan hingga mampu menggerakan mobil secara keseluruhan.
Dalam demo produknya energi listrik dan hidrogen disambungkan ke gardan mobil kemudian terdapat panel indikator yang menunjukkan penggunaan baterai dan hidrogen dalam menggerakkan gardan mobil.
Waru membidik nantinya riset ini dapat digunakan untuk kendaraan transpostasi massal seperti bus dan kendaraan logistik seperti truk. Jenis kendaraan tersebut masih memiliki pangsa pasar yang besar baik di Indonesia maupun negara lain.

“Konsep ini cocok untuk kendaraan dengan ukuran besar seperti bus dan juga truk sehingga dpat mendukung ketersediaan kendaraan transportasi massal dan logistik,” lanjutnya.
Waru berharap riset ini akan terus berlanjut sehingga dapat menjadi kontribusi UB dalam ekosistem kendaraan listrik ditingkat global terutama dari sisi bahan bakarnya.
“Tentu melalui Globalizing UB ini kami ingin UB memberikan kontribusi kelimuannya untuk memberikan solusi bagi berbagai perosalan global termasuk dalam teknologi kendaraan lsitrik yang ramah lingkungan,” pungkas Waru.(sdk)










