Setyo Widagdo*
Rois Aam PBNU mengeluarkan surat yang isinya menyatakan bahwa Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PB NU. Surat ini nampaknya kelanjutan dari surat sebelumnya yang berisi ultimatum agar Gus Yahya mundur dari jabatan Ketua Umum.
Kontan saja Surat dari Syuriah ini langsung di respon oleh Gus Yahya yang menyatakan bahwa Surat Keputusan itu tidak sah, karena tidak memenuhi aturan standar Administrasi PBNU.Mestinya Surat Keputusan semacam itu harus ada tanda tangan dari unsur Syuriah maupun Tanfidyah.
Terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar, perlawanan Gus Yahya ini akan semakin memanaskan konflik internal di tubuh PBNU dan pasti akan berdampak pada organisasi NU secara keseluruhan.
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang memiliki peran sentral tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam lanskap sosial dan politik nasional. Namun, layaknya organisasi besar dengan sejarah panjang, NU tidak pernah lepas dari dinamika dan konflik internal.
Gejolak yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belakangan ini, yang melibatkan elit tertinggi organisasi, menjadi indikasi bahwa organisasi ini berada di persimpangan jalan yang menuntut reformasi struktural dan penegasan kembali khittah perjuangan.
Konflik internal terbaru di PBNU mencapai puncaknya dengan desakan pengunduran diri Ketua Umum Tanfidziyah, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), oleh sebagian anggota Syuriah PBNU. Desakan ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Harian Syuriah PBNU. Ketegangan ini menunjukkan adanya gesekan serius antara dua badan utama dalam struktur NU:
Syuriah adalah Badan Legislatif dan kepemimpinan tertinggi yang berfungsi sebagai penentu kebijakan keagamaan dan pengawasan organisasi. Dipimpin oleh Rais Aam.
Sedangkan Tanfidziyah adalah Badan Eksekutif yang bertugas melaksanakan program organisasi. Dipimpin oleh Ketua Umum.
Isu yang menjadi pemicu utama konflik ini bersifat multifaset. Salah satu yang paling menonjol adalah dugaan penyimpangan kebijakan yang dinilai tidak sejalan dengan garis perjuangan (khittah) NU, terutama terkait dengan isu internasional, seperti kehadiran tokoh yang terafiliasi dengan Zionisme/Israel dalam acara PBNU.
Namun, konflik ini tidak hanya berhenti pada isu kebijakan. Syuriah mendesak pengunduran diri Ketum PBNU, sebuah langkah yang dinilai sebagian pihak sebagai pelanggaran terhadap Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU, yang mengatur bahwa pemberhentian Ketua Umum hanya bisa dilakukan melalui forum tertinggi, yaitu Muktamar. Hal ini menciptakan deadlock legal-organisatoris, di mana satu pihak yaitu Syuriah merasa memiliki otoritas moral dan keagamaan, sementara pihak lain, yaitu Tanfidyah berpegang teguh pada legitimasi formal Muktamar.
Konflik di NU bukanlah fenomena baru. Sejak keluar dari Masyumi pada 1952, NU telah berkali-kali menghadapi dinamika internal yang berakar pada tarik-menarik politik praktis, ideologi, dan kekuasaan.
NU selalu menjadi target perebutan pengaruh politik mengingat basis massa yang sangat besar (grassroot). Setiap menjelang perhelatan politik nasional, termasuk Pemilu, ketegangan di internal NU cenderung meningkat. Ketidakpuasan dari faksi-faksi yang kalah dalam Muktamar sebelumnya sering kali terakumulasi dan mencari momentum baru. Isu pemecatan pengurus wilayah (PWNU) di beberapa daerah juga mengindikasikan adanya pergolakan arus politik daerah yang menguji posisi Ketua Umum PBNU.
Analisis dari beberapa pengamat, termasuk tokoh NU kultural, mengaitkan gejolak terbaru dengan isu pengelolaan aset dan sumber daya ekonomi yang kini dimiliki NU, seperti izin pengelolaan tambang. Ironisnya, NU pernah berada di garda depan menentang oligarki tambang. Pergeseran fokus organisasi dari isu sosial-keagamaan murni ke ranah rente ekonomi berpotensi besar memecah belah elit. Perebutan kendali atas entitas bisnis dan aset strategis NU dapat menjadi motor tersembunyi yang menggerakkan konflik di tataran elit.
Konflik ini juga menyingkap kelemahan struktural dalam tata kelola PBNU. Mekanisme check and balance antara Syuriah dan Tanfidziyah, meskipun diatur dalam AD/ART, sering kali tumpang tindih dan membuka ruang untuk interpretasi berbeda.
NU, yang tumbuh dari tradisi kultural pesantren, seringkali menyelesaikan masalah secara tabayun (klarifikasi) dan melalui otoritas kiai sepuh (mustasyar). Namun, ketika masalah melibatkan keputusan formal dan politik, pendekatan kultural ini berbenturan dengan legalisme organisasi modern.
Konflik yang berkepanjangan ini membawa implikasi negatif bagi NU dan citranya.
Energi organisasi terbuang untuk menyelesaikan konflik, menghambat fokus pada program kerja, penguatan ekonomi umat, dan pendidikan.
Image NU sebagai jangkar moral bangsa dan penjaga moderasi terancam, terutama di mata warga NU di akar rumput. Perpecahan elit berpotensi merembet ke tingkatan wilayah hingga cabang, mengancam keutuhan organisasi.
Jalan keluar yang paling ideal adalah Islah (Rekonsiliasi) yang didorong oleh otoritas kiai sepuh (Mustasyar). Namun, penyelesaian tuntas dan berkelanjutan harus menyentuh ranah struktural:
Semua pihak harus kembali kepada konstitusi organisasi. Jika Syuriah menilai ada pelanggaran berat, maka jalur penyelesaiannya adalah melalui forum konstitusional tertinggi, yaitu Muktamar Luar Biasa (MLB), yang prosedurnya harus disepakati bersama.
NU perlu melakukan reformasi struktural menuju manajemen yang lebih transparan, akuntabel, dan berbasis sistem profesional, terutama dalam pengelolaan aset dan keuangan, untuk menutup celah bagi pemburu rente.
Penegasan ulang bahwa perjuangan NU adalah untuk umat dan bangsa, bukan untuk kepentingan politik praktis atau ekonomi elit, harus menjadi prioritas.
Konflik saat ini adalah ujian besar bagi NU. Organisasi ini harus membuktikan bahwa ia mampu melewati turbulensi dengan berpegangan pada prinsip tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), dan i’tidal (proporsional), serta mengembalikan fokus utama pada kepentingan warga Nahdliyin dan keutuhan bangsa.(*)
* Penulis merupakan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Brawijaya [email protected]











ISLAH JALAN TERBAIK