KANAL24, Malang – Semakin besarnya tuntutan masyarakat tentang pelayanan penyakit menular dan tidak menular supaya lebih spesifik dan holistik membuat Jurusan Keperawatan FK UB berinisiatif untuk membuka Pendidikan spesialis keperawatan. Prodi Pendidikan ini mencakup spesialis keperawatan jiwa dan spesialis keperawatan komunitas.
Kajur Keperawatan Dr. Ahsan, S. KP., M.Kes mengungkapkan bahwa pembukaan program spesialis ini akan terealisasi tahun depan. Persiapan sudah dilakukan sejak awal tahun 2019, mulai dari persiapan kurikulum, draft, dan juga pada Agustus lalu juga sudah mengundang kolegium.
Selasa (10/12/2019) bertempat di Gedung Keperawatan UB, dilakukan visitasi dari kolegium komunitas, kolegium keperawatan jiwa, PPNI pusat, dan PPNI daerah. Agenda dari visitasi ini adalah untuk melihat kurikulum, laboratorium, dan wahana praktek. Setelah visitasi dilakukan, tim visitasi akan mengeluarkan rekomendasi yang akan digunakan untuk pengajuan ke Kemendikbud.
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Jiwa UB, Dr. Ns. Heni Dwi Windarwati., M.Kep.Sp.Kep.J kepada media menjelaskan bahwa persiapan tambahan untuk membuka prodi ini sudah dilakukan sejak 2 tahun lalu. Persiapan yang dilakukan berupa pembukaan program magister keperawatan jiwa, gawat darurat, dan pada tahun lalu juga sudah dibuka peminatan baru yakni komunitas.
“Karena memang spesialis keperawatan di Indonesia baru ada di beberapa universitas saja, seperti spesialis keperawatan jiwa hanya ada di UI. Oleh karena itu, kami rasa juga punya kebutuhan untuk mengembangkan di wilayah Jawa Timur. Karena kasus gangguan jiwa di Jawa Timur sangat banyak, angka gangguan jiwa bisa mencapai 40 ribuan kasus. Sehingga kami lihat kalau tingkat pendidikan tenaga kesehatan kita semakin baik maka harapannya pelayanan kesehatan jiwa juga semakin baik,” jelas Heni.
Lanjutnya, sebagai institusi pendidikan, UB punya tanggung jawab untuk mengembangkan bagaimana SDM-SDM yang bekerja di lapangan memiliki kualifikasi yang baik. Serapan dari pembukaan prodi baru ini nanti bisa ke bisang pelayanan ataupun pendidikan. Kemudian, dengan banyaknya spesialis diharapkan nanti akan ada kegiatan-kegiatan riset yang bisa digunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa.
“Sementara ini, untuk kuota awal 15 orang karena sambil menunggu SDM yang sedang studi lanjut. Kalau memang SDM kita sudah banyak, mungkin kuota penerimaan akan kita tambah. Tapi untuk spesialis memang kita utamakan kualitas dulu jadi tidak terlalu banyak mahasiswa yang kami terima. Prodi ini nanti akan lebih spesifik ke penanganan pasien kekerasan atau bullying, kecanduan narkoba atau gadget, dan pasung,” pungkas Heni. (meg)