_oleh | Akhmad Muwafik Saleh_
Komunikasi dalam perspektif profetik adalah sebagai sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan-pesan ketuhanan, yaitu berupa pesan kebaikan dan kebenaran yang diperuntukkan bagi ummat manusia agar dapat menjalani kehidupannya dengan penuh kebaikan, kedamaian dan ketentraman. Guna mewujudkan realitas yang demikian itu maka Allah swt memerintahkan kepada manusia untuk beriman, dan menguatkan nilai ketaqwaannya berupa ketaatan dan kepatuhan atas perintah Tuhan hingga mampu mencapai kualitas diri terbaik, yang disebut dengan taqwa. Salah satu indikator dari tingkat kualitas diri terbaik adalah kesediannya menjalankan misi ketuhanan, yaitu menjadi pribadi yang berada di garis terdepan dalam menyuarakan kebenaran, mengajak pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali ‘Imran, Ayat 104)
Teks Firman Allah di atas memberikan sebuah kesan bahwa Allah swt memerintahkan kepada ummat ini ada sekelompok ummat atau mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk melakukan fungsi utama amar makruf nahi mungkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencegahnya dari kemungkaran. Perintah perlu adanya kelompok ummat atau organisasi diindikasikan dengan dua hal, pertama kalimat ini diawali dengan adanya lam amr, yaitu lam yang bermakna perintah (ل), yang menempel pada kalimat kata kerja sedang (fiil mudharik) تكن، sehingga menjadi لتكن. Sebuah kaidah menyatakan bahwa asal dari setiap kalimat perintah berwakna wajib (الاصل في الامر للوجوب). Sehingga makna dari kalimat ولتكن berarti wajib ada dari kalian. Sementara kata منكم (dari sebagian kalian), artinya membatasi sehingga kewajibannya menjadi terbatasi pada sebagiannya, menjadi wajib kifayah (jika telah ada yang memenuhi perintah maka gugur pada yang lain). Apa yang wajib ada? , yaitu امة، ummat. Menurut imam thabrani dalam tafsirnya adalah jamaah, menurut ibnu katsir dalam tafsirnya adalah firqah. Artinya bahwa harus ada thaifah, segolongan atau kelompok ummat, atau dapat disebut pula dengan organisasi. Yaitu yang bertugas menjalankan peran dan fungsi mengajak orang lain pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (amar makruf nahi mungkar).
Kesan ayat tersebut bahwa para pelaku organisasi tersebut adalah menjalankan peran komunikasi amar makruf nahi mungkar, yaitu mengajak orang agar menjalankan perintah-perintah kebaikan yang bersumber dari Allah dan Rasulnya. Serta mencegahnya agar masyarakat atau ummat menjauh dari tindakan menyimpang yang melanggar batas aturanNya. Artinya komunikasi organisasi profetik lebih diarahkan pada terciptanya suatu suasana kebaikan dan ketaatan dari publik, serta kepedulian atas realitas yang buruk untuk kemudian turut memgambil bagian dalam mencegahnya. Karena perintah dalam teks tersebut adalah berada dalam ranah organisasi maka menjalankan komunikasi perubahan haruslah melalui mekanisme organisasi pula. Artinya komunikasi organisasi profetik berfokus pada adanya sebuah perubahan realitas berupa ketaatan publik dan kepedulian atas problematika sosial.
Ketaatan publik melalui aktifitas amar makruf atau mengajak pada kebaikan adalah cara untuk memastikan bahwa perilaku publik berada dalam nilai-nilai kebaikan sehingga dapat tercipta realitas positif yang mampu mengarahkan setiap individu berada dalam suasana yang sesuai dengan fitrah kemanusiaannya. Komunikasi antar individu maupun komunikasi sosial berlangsung dalam bingkai nilai kebaikan tadi sehingga realitas komunikasi yang saling mengedepankan tepo seliro, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka dan mendukung. Sehingga tercipta suasana realitas sosial yang damai dan harmonis. Inilah realitas masyarakat madani.
Pada saat yang bersamaan komunikasi sosial diarahkan untuk mencegah munculnya perilaku negatif masyarakat berupa tindakan-tindakan keburukan dan kemungkaran yang dapat merusak pola hubungan yang harmonis tadi. Setiap masyarakat dalam organisasi didorong untuk memiliki kepedulian atas berbagai kemungkaran yang ada dengan saling mengingatkan dan menjaganya agar jangan sampai keburukan itu terjadi bahkan merusak bangunan kebaikan yang telah dirintis. Ibarat seseorang sedang membangun maka haruslah dipastikan dan dijaga agar jangan sampai ada satupun orang yang dibiarkan merusak dan menghancurkan bangunan yang sedang atau telah didirikan. Karena kemungkaran sejatinya adalah merusak bangunan. Sehingga setiap orang dalam masyarakat (organisasi) harus ikut terlibat untuk mengkomunikasikannya atau menyuarakan dan menjaga agar hal buruk tidak terjadi.
Misi komunikasi amar makruf nahi mungkar harus dipastikan berjalan dengan baik dalam realitas sosial organisasi. Jika amar makruf lebih bersifat motivatif maka nahi mungkar bersifat preventif (mencegah) dari kemungkinan munculnya tindakan yang merusak atau bahkan kuratif (mengobati) atas dampak tindakan yang telah merusak. Misi amar makruf nahi mungkar harus dilakukan secara bersamaan agar mampu menjamin bahwa realitas kebaikan dapat terwujud dengan sempurna. Sebaliknya jika salah satu dari misi ini tidak berjalan dengan baik maka tentu akan menciptakan problema realitas sosial baru.
Komunikasi amar makruf nahi mungkar dapat merujuk pada 9 macam perkataan (qaulan) atau gaya komunikasi dalam alquran, yaitu :
1. Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang baik). Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah SWT dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Salah satunya sebagaimana Firman Allah swt:
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَآءَ اَمْوَا لَـكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَـكُمْ قِيٰمًا وَّا رْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَا كْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. An-Nisa’ Ayat 5)
Qaulan makrufaan dalam alquran dapat berkenaan dengan beragam makna, yaitu : Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT terhadap istri Nabi SAW. Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita. Artinya gaya ini lebih pada upaya memotivasi untuk melakukan kebaikan.
2. Qaulan Sadiidan (Perkataan yang tegas dan benar). Dalam Al-Qur’an, kata qaulan sadidan disebut 2 kali, yaitu pada surat An-Nisa’ Ayat 9 dan surat Al-Ahzab Ayat 70.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa’ Ayat 9)
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,”
Berdasarkan kedua ayat tersebut, maka dapat diambil kesan bahwa qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan, meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar tidak mengada-ada.
3. Qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut). Disebutkan dalam surat Ta-Ha Ayat 44.
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”
Berarti Qaulan layyinan adalah gaya komunikasi atau penyampaian pesan yang lemah lembut dengan suara yang enak didengar, lunak, tidak memvonis, memanggil dengan panggilan yang disukai, penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati.
4. Qaulan maisuran (perkataan yang pantas). Disebutkan sekali dalam alquran surat Al-Israa’ ayat 28.
وَاِ مَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَآءَ رَحْمَةٍ مِّنْ رَّبِّكَ تَرْجُوْهَا فَقُلْ لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُوْرًا
“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.”
Hal ini dapat diambil kesan bahwa qaulan maysuran berarti gaya komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami, menyenangkan, arif dan bijaksana.
5. Qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa). Disebutkan dalam alquran surat An-Nisa’ Ayat 63).
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَ عْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْۤ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًاۢ بَلِيْغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.”
Dari ayat tersebut maka qaulan baligha adalah gaya komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele serta disesuaikan dengan kapasitas lawan bicara sehingga mampu membekas dalam jiwa seseorang.
6. Qaulan karima (perkataan yang mulia). Disebutkan dalam alquran surat Al-Isra ayat 23.
وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Hal ini dapat ditarik sebuah kesan bahwa qaulan kariiman berarti gaya komunikasi yang lebih menekankan pada sikap mulia atau akhlaqul karimah. Yaitu gaya komunikasi yang dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.
7. Qaulan Tsaqilan (perkataan yang penuh makna). Disebutkan dalam alquran surat Al-Muzzammil Ayat 5.
اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.”
Hal ini dapat diambil kesan bahwa qaulan tsaqiilan adalah gaya komunikasi yang disampaikan dengan pesan penuh hikmah, berbobot dan penuh makna, memiliki nilai yang dalam, memerlukan perenungan untuk memahaminya, dan bertahan lama dalam benak komunikan atau lawan bicara.
8. Ahsanu Qaulan (perkataan yang terbaik). Disebutkan dalam alquran surat Fushshilat ayat 33.
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَا لِحًا وَّقَا لَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
Sebuah kesan dari ayat ini bahwa ahsanu qaulan berarti gaya komunikasi yang cermat dalam memilih kata, konten dan konteks serta menjadikan dirinya sebagai contoh teladan sebelum dirinya menyampaikannya pada orang lain.
9. Qaulan ‘Adzima (perkataan yang mengandung dosa besar). Disebutkan dalam alquran surat Al-Isra’ ayat 40.
اَفَاَ صْفٰٮكُمْ رَبُّكُمْ بِا لْبَـنِيْنَ وَ اتَّخَذَ مِنَ الْمَلٰٓئِكَةِ اِنَا ثًا ۗ اِنَّكُمْ لَتَقُوْلُوْنَ قَوْلًا عَظِيْمًا
“Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya).”
Ayat ini memberikan informasi bahwa qaulan adzima berarti suatu gaya komunikasi atau ucapan yang mengandung dosa karena berisi penentangan pada kebaikan dari aturan Allah dan Rasulnya. Termasuk dalam hal ini adalah segala ujaran yang bernada negatif, buruk dan mungkar serta menyebarkan berbagai kebencian (hatespeech), kebohongan (hoax), permusuhan dan pertikaian.
Komunikasi amar makruf dalam beragam macam gaya komunikasi alquran itu haruslah menggunakan gaya komunikasi yang cenderung penuh dengan kelembutan dan pengertian. Karena amar makruf sifatnya motivatif yaitu mengajak orang untuk melakukan kebaikan maka tentu seorang komunikan haruslah menyampaikan dengan cara yang terbaik bahkan teladan dengan adanya kesesuaian ucapan dan tindakan. Demikian pula dengan komunikasi nahi mungkar juga perlu menggunakan gaya komunikasi yang tegas, jelas serta mampu membekas sehingga perubahan yang diharapkan dapat tercapai. Sekalipun dalam komunikasi nahi mungkar tentu akan memiliki dampak yang berbeda dari hanya sekedar amar makruf. Sebab nahi mungkar adalah mencegah orang dari keburukan, berarti tentu akan berhadapan dengan berbagai kepentingan orang atau bahkan akan dianggap mengganggu berbagai kepentingan itu. Untuk itu dalam komunikasi nahi mungkar dibutuhkan kesabaran dan keteguhan dalam menjalani pola interaksi ini sehingga dibutuhkan kebersamaan dalam organisasi untuk dapat saling menguatkan. Disinilah seni berkomunikasi dalam pendekatan profetik. Selamat mencoba..!