oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Rasulullah saw adalah orang yang sangat terkenal kejujurannya sehingga membuat orang lain bersedia memberikan kepercayaannya pada beliau bahkan atas kejujurannya itu Rasulullah mendapatkan gelar Al Amiin dari kalangan masyarakat sebagai gelar tertinggi atas suatu kredibilitas individu. Tercatat dalam sejarah bahwa sudah sejak dahulu telah ada kebiasaan masyarakat melakukan transaksi simpan pinjam dan mereka menaruh kepercayaan itu kepada Rasulullah karena mereka percaya bahwa Rasulullah tidak pernah berbohong, itulah jaminan utama sehingga mereka sangat percaya kepada Rasulullah. Sebab kepercayaan berkat kejujuran Rasulullah itu pulalah mereka rela untuk menyerahkan urusan penyelesaian konflik yang hampir berujung pertumpahan darah diantara mereka kepada Rasulullah yaitu saat harus meletakkan kembali hajar aswad di tempatnya dan Rasulullah menyelesaikannya dengan sangat bijaksana dengan melibatkan semua suku dan kabilah secara partisipatif. Kesediaan mereka untuk menyerahkan penyelesaian konflik kepada Rasulullah karena kepercayaan mereka pada beliau sebab Rasulullah telah terbukti tidak pernah berbohong. Hingga saat Rasulullah membawa berita kebenaran wahyu tidak ada satupun dari kalangan kaum kafir musyrikin yang mengatakan Muhammad itu pendusta. Penolakan mereka hanyalah semeta mereka karena kedengkian mereka atas kebenaran. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah:
قَدۡ نَعۡلَمُ إِنَّهُۥ لَيَحۡزُنُكَ ٱلَّذِي يَقُولُونَۖ فَإِنَّهُمۡ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ
Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (QS. Al-An’am, Ayat 33)
Imam Tirmidzi menuturkan sebuah riwayat bahwasannya Abu Jahal pernah berkata, “Wahai Muhammad, kami tidak mendustakan mu, tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa!” (HR. Tirmidzi)
Kejujuran adalah jaminan utama membangun kepercayaan yang menjadi landasan dalam sebuah pelayanan. Assurance adalah jaminan kepastian yang diperoleh oleh orang lain karena sikap terpercaya yang ditunjukkan secara konsisten sehingga orang lain bersedia menyerahkan kepercayaannya dan menjadi puas atas komunikasi pelayanan yang diberikan.
Terdapat 4 aspek dari dimensi assurance ini yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan. Keramahan adalah tindakan kesopanan berupa sikap penerimaan yang memungkinkan seseorang merasa nyaman, dekat dan bersahabat (friendly) penuh senyum keceriaan. Sikap ini hadir karena suatu pemahaman bahwa senyuman dan wajah berseri adalah bagian daripada ibadah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi “Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi). Demikian pula dalam sabdanya, “Kalian tidak akan dapat meraih hati manusia dengan kekayaan kalian, tetapi kalian dapat meraih hati mereka dengan wajah yang berseri-seri dan akhlak yang baik.” (HR Al Bazar).
Kompetensi adalah kecakapan individu dalam melayani orang dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Sebagaimana Rasulullah mampu menunjukkan kompetensinya dalam menyelesaikan konflik dan berbagai persoalan sehingga orang lain merasa pantas memberikan kepercayaan kepadanya. Kredibilitas adalah reputasi yang perolehnya karena kompetensi diri yang secara konsisten mampu ditunjukkan dihadapan publik sehingga publik menganggapnya sangat layak dipercaya. Keamanan adalah ruang kepercayaan yang diberikan oleh pemberi layanan bahwa dirinya sangat mampu menjaga amanah dan kepercayaan karena amanah adalah tanda daripada keimanan. Mereka memahami bahwa manakala amanah lepas maka hilang pulalah nilai dan keimanan yang ada pada dirinya. Sehingga keimanan tanpa amanah adalah ibarat raja tanpa mahkota. Amanah adalah kemuliaan bagi orang yang beriman. Komunikasi Pelayanan adalah ibadah bagi para pekerja dan petugas di lembaga pelayanan.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB