Bulan ramadan adalah cahaya kehidupan. Segala bonus amalan diberikan sebagai bekal menuju hidup keabadian. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kami agar bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183). Sepuluh hari pertama ramadan adalah masa turunnya rahmat, sepuluh yang kedua merupakan periode ampunan (maghfirah), dan sepuluh hari yang terakhir ialah pembebasan dari api neraka (Itqun minan nar). Jangan juga dilupakan, pada bulan ramadan turun ayat Alquran pertama kali (Nuzulul Quran).
Setiap amalan pada bulan ini diganjar dengan pahala berlipat. Bahkan, tidur sekalipun dihitung sebagai ibadah. Sungguh, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan (fabiayyi ‘aalaa’i Rabbikumaa Tukadzdzibaan). Tentu saja pintu rahmat itu tak akan terbuka otomatis. Muslimin dan muslimah mesti berjuang untuk bisa merasakan hawa rahmat tersebut. Pintu rahmat dapat dibuka dengan kunci ikhlas. Ia mesti diperjuangkan pula dengan penaklukan kemalasan. Pada bulan ini umat diminta tekun beribadah sunnah, membaca kitab suci, memperbanyak dzikir dan doa, salat berjamaah, dan menambah silaturahmi.
Ampunan adalah perkara yang ditunggu karena kedhaifan makhluk Allah yang dipenuhi dengan segala dosa dan kekhilafan. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang berpuasa ramadan dengan penuh keimanan dan keikhlasan niscaya akan diampuni segala dosanya yang telah lalu” (HR. Imam Nasa’i, Ibn Majah, Ibn Hibban, dan Baihaqi). Sungguh pun begitu, ampunan itu fasilitas bagi kaum yang berhasrat menyantuni hidup untuk faedah jangka panjang, bukan sekadar menghisap nikmat masa sekarang. Kesalahan masa silam adalah kelemahan dan keterbatasan (yang akan diampuni), namun masa depan adalah komitmen untuk tak mengerjakan pengulangan kesalahan (pertobatan).
Bila keseluruhan krida ibadah dan kesediaan meninggalkan semua keburukan dijalankan, maka pembebasan dari api neraka menjadi ujung dari ketawakalan. Puasa ramadan adalah pendadaran untuk proses penyucian lahiriah dan batiniah berdasarkan asma kesadaran. Rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka tak lain dari “Trisila Ramadan”. Dua sifat Sang Maha Cinta menjelma terang saat ramadan, yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Allah SWT memancarkan sifat pengasih dan penyayang di bulan suci ini agar menjadi jalan terang menuju kemenangan. Lebaran akan menjadi hari kemenangan bila manusia mewujud sebagai insan kamil. Selamat Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin.
Penulis : Ahmad Erani Yustika, Guru Besar FEB UB dan Ketum IKA UB