KANAL24, Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan minat investor baik asing atau domestik untuk investasi di industri manufaktur sangat tinggi. Hal itu terlihat dari data historis selama 5 tahun terakhir (2015 – triwulan I 2020). Tercatat dalam kurun waktu itu realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp1.348,9 triliun.
Plt Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Farah Indriani, mengatakan sektor utama yang paling diminati dan menjanjikan adalah industri makanan dengan realisasi investasi mencapai Rp293,2 triliun atau setara dengan USD21,4 miliar dengan persentase total investasi sebanyak 21,7 persen. Kemudian ke sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya mencapai Rp266,7 triliun atau setara USD19,4 miliar. Selanjutnya, industri kimia dan farmasi denilai Rp243,9 triliun atau setara USD18,1 miliar.
Dia menjelaskan bahwa sektor manufaktur berpotensi besar untuk jauh lebih meningkat nilai investasinya. Dengan adanya kemajuan teknologi dan internet, proses produksi akan lebih efisien. Di samping itu, Indonesia juga memiliki keunggulan dari letak geografis dan pasar domestik sehingga dapat dijadikan hub manufaktur di wilayah ASEAN.
“Angka-angka ini menjadi refleksi bahwa tidak bisa dipungkiri jika pasar domestik adalah magnet investasi, khususnya industri makanan dan minuman. Di antara dua sektor lainnya, hanya industri makanan yang porsi PMDN -nya lebih besar dari PMA. Di sini kita yakin kalau industri ini akan cukup stabil dari guncangan ekonomi dunia,” ujar Farah dalam keterangannya, Kamis (28/5/2020).
Meskipun data realisasi investasi BKPM untuk sektor industri makanan pada 5 tahun terakhir menunjukkan adanya fluktuasi, namun secara rata-rata mengalami kenaikan sebesar 3 persen per tahun dan tetap berada pada peringkat teratas total realisasi investasi sektor sekunder. Pada tahun 2017, industri makanan mencapai puncak tertinggi dengan total investasi mencapai Rp64,8 triliun atau senilai USD4,86 miliar.
Sementara itu, realisasi investasi industri logam dasar pada 5 tahun terakhir meskipun tidak selalu menjadi yang teratas, menunjukkan potensi besar yang terlihat dari rata-rata pertumbuhannya mencapai 11 persen per tahun.
“Kalau kita merunut data industri makanan, memang kenaikannya tidak sebanyak investasi industri logam dasar. Kenaikan investasi di industri logam dasar juga merupakan sinyal bahwa pembangunan industri di tanah air berjalan dengan cepat. Indonesia tetap dipercaya oleh investor baik dalam maupun luar negeri” jelas Farah. (sdk)