KANAL24, Malang – Strategi Peningkatan Efisiensi Konversi Energi Matahari pada Sistem Produksi Pertanian melalui Pengelolaan Pola Tanam menjadi tajuk pidato pengukuhan Profesor baru Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. Dalam konferensi pers pengukuhan Profesor yang dilaksanakan selasa (21/7/2020) di Ruang Senat UB, Profesor Bidang Ilmu Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian (FP) itu menjelaskan apakah pola tanam dalam budidaya pertanian yang diterapkan selama ini sudah tepat, efisien, dan produktif, dalam mengkonversi energi matahari menjadi biomas, khususnya pada tanaman pangan.
“Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan cahaya matahari, membuat produksi tanaman pertanian sudah semestinya tidak semata-mata mengandalkan input sarana produksi buatan seperti pupuk kimia, namun seharusnya lebih memanfaatkan cahaya matahari yang berlimpah,” beber Profesor aktif ke 186 UB tersebut.
Produktivitas tanaman pertanian sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Hanya saja konversi energi matahari menjadi energi kimia, efisiensinya sangat rendah, yaitu hanya sekitar 2 persen. Nilai Efisiensi Konversi Energi (EKE) yang rendah ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pemantulan dan penerusan energi matahari yang jatuh pada tajuk tanaman, penggunaan sebagian energi matahari untuk transpirasi dan pembongkaran kembali hasil fotosintesis dalam proses respirasi, dan disebabkan pula oleh sistem budidaya tanaman yang kurang tepat sehingga mengakibatkan energi matahari tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Hasil penelitian Profesor kelahiran Malang itu menunjukkan, perbaikan lingkungan tanaman dengan penataan pola tanam, dalam hal ini mengatur waktu tanam, pemilihan varietas berdaun tegak (errect) dan tata letak tanaman dalam baris ganda pada tanaman padi, pemberian mulsa dan penggunaan tata letak baris ganda pada tanaman jagung, penambahan populasi dan penanaman secara tumpangsari pada tanaman kentang, mampu meningkatkan EKE antara 1-3 persen tergantung perlakuan dan jenis tanaman. Peningkatan EKE ini diikuti pula dengan peningkatan produksi tanaman hingga 50 persen.
“Pengaturan pola tanam yang memadukan sifat fisiologis tanaman dalam sistem produksi pertanian dan lingkungan tanaman khususnya intensitas radiasi matahari yang berlimpah, akan memperoleh nilai EKE matahari yang optimal, yang diikuti dengan peningkatan produksi tanaman budidaya. Pemanfaatan energi matahari untuk peningkatan produksi tanaman budidaya akan menjadikan produksi tanaman pertanian efisien, berlanjut (sustainable), aman dan sehat, serta ramah terhadap lingkungan pertanian,” tandas Wakil I Bidang Akademik UB Kediri itu. (meg)