KANAL24, Jakarta – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa pihaknya menggenjot investasi pada platform layanan transaksi perbankan, khususnya digital channel.
Alhasil dampak kebijakan tersebut membuahkan hasil. Jumlah rekening tumbuh 11,9 persen (YoY) mencapai 22,5 juta rekening hingga Juni 2020 didukung oleh layanan pembukaan rekening online. Sedangkan, deposito berjangka tumbuh 13,6 persen (YoY) mencapai Rp185,6 triliun.
Secara keseluruhan total dana pihak meningkat 13 persen (yoy) menjadi Rp761,6 triliun. Posisi likuiditas tetap kokoh dengan LDR sebesar 73,3 persen. “Likuiditas berada pada tingkat yang sehat untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan yang tidak terduga, khususnya selama masa pandemi,” kata Jahja dalam acara “Virtual Press Conference Paparan Kinerja BCA Semester I-2020” di Jakarta, Senin (27/7/2020).
Pada semester pertama 2020, Perseroan berhasil menurunkan biaya dana pihak ketiga sehingga membantu meringankan tekanan pada pendapatan bunga gross yang diakibatkan oleh peningkatan restrukturisasi kredit. Pendapatan bunga bersih naik 10,6 persen (yoy) menjadi Rp27,2 triliun. Pencapaian ini mendukung perseroan untuk membukukan total pendapatan operasional sebesar Rp37,8 triliun, tumbuh 10,3 persen yoy.
Di lain sisi, beban operasional tumbuh lebih rendah, sebesar 3,8 persen yoy menjadi Rp16,2 triliun. Dengan demikian, laba sebelum provisi dan pajak BBCA
mencapai Rp21,5 triliun atau tumbuh 15,8 persen yoy, dimana pertumbuhan yang baik tersebut telah memberikan ruang untuk mengantisipasi kenaikan biaya pencadangan kredit.
Sementara itu biaya pencadangan penurunan nilai aset adalah sebesar Rp6,5 triliun pada semester pertama tahun 2020, sejalan dengan peningkatan risiko potensi penurunan kualitas kredit. Secara keseluruhan laba bersih selama enam bulan pertama tahun 2020 tercatat sebesar Rp12,2 triliun dibandingkan dengan Rp12,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
“Di tengah berbagai tantangan yang sedang dihadapi, BCA tetap mampu menjaga permodalan Bank pada posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal (CAR) berada pada level 22,9 persen atau jauh diatas rasio yang ditetapkan oleh regulator,” tutur Jahja.
Untuk rasio kredit bermasalah atau NPL pada periode tersebut sebesar 2,1 persen dibandingkan 1,4 persen pada Juni 2019. Bank membukukan rasio pengembalian terhadap aset (ROA) 3,1 persen dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) 15,6 persen pada semester pertama 2020.
“Di masa pendemi COVID-19 ini, kami bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi guna mencapai pemulihan,” pungkasnya.(sdk)