KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada Juli 2020 terjadi deflasi sebesar 0,10 persen month to month (mtom). Angka deflasi ini adalah yang pertama kali di tahun 2020.
Sedangkan inflasi secara year to date (ytd atau dari Januari – Juli 2020) sebesar 0,98 persen. Kemudian untuk inflasi tahunan (year on year / yoy) sebesar 1,54 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan pemicu terjadinya deflasi adalah turunnya berbagai permintaan khususnya dari kelompok bahan makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini menyumbang terhadap terjadinya deflasi sebesar 0,19 persen dengan tingkat deflasi mencapai 0,73 persen. Kemudian juga didorong oleh penurunan harga atau tarif angkutan transportasi. Kelompok tersebut menyumbang terjadi deflasi sebesar 0,02 persen dengan tingkat deflasi pada Juli 2020 kemarin sebesar 0,17 persen,.
“Komoditas yang menyebabkan deflasi di antaranya adalah karena penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, beras, cabai dan gula pasir. Masing – masing komoditas ini memberikan andil terhadap deflasi bervareasi, seperti bawang putih andilnya 0,11 persen, daging ayam 0,04 persen dan seterusnya” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (3/8/2020).
Dijelaskannya bahwa angka deflasi pada Juli 2020 ini sangat jauh sekali di bawah posisi periode yang sama tahun 2019 dimana saat itu terjadi inflasi sebesar 0,31 persen. Hal itu terjadi juga akibat adanya pandemi covid-19 sehingga sisi demand dan suplai berbagai macam kebutuhan masyarakat mengalami kendala dan pelemahan akibatnya tingkat pendapatan masyarakat juga mengalami penurunan.
“Jika pada periode normal ramadhan dan lebaran selalu jadi puncak tertingginya inflasi karena permintaan meningkat dan pendapatan masyarakat juga meningkat, tapi tahun ini nggak terjadi karena situasi tidak normal,” ulas dia.
Dikatakannya, dari 90 kota Indek Harga Komsumen (IHK) yang dipantau BPS terdapat 61 kota yang mengalami deflasi dan 29 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar -1,90 persen dan terendah terjadi di Gunungsitoli, Bogor, Bekasi, Luwuk, Bulukumba masing-masing sebesar -0,01 persen. Sementara inflasi tertinggi terjadi Timika sebesar 1,45 persen dan inflasi terendah terjadi di Banyuwangi dan Jember masing-masing sebesar 0,01 persen.(sdk)