KANAL24, Malang – Menjawab tantangan seorang Public Relations di era pandemi saat ini, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) menggelar Program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Tahun 2020 dengan topik “Perencanaan Protokol dan Strategi Komunikasi dalam Mengatasi Bencana Nasional” yang dilaksanakan secara daring, pada tanggal 1 Agustus 2020 dan 8 Agustus 2020 kemarin.
Maulina Pia Wulandari, Ph.D selaku penggagas dan pakar Public Relation mengatakan sesi pertama dalam rangkaian Pengmas tahun ini fokus dalam bagaimana mengidentifikasi situasi krisis dan potensi resiko serta perencanaan protokol komunikasi dalam mengatasi krisis bencana nasional.
“Penting bagi PR untuk cakap dalam merencanakan protokol dan strategi komunikasi dalam mengatasi krisis yang terjadi, salah satunya merespon krisis bencana nasional. Protokol komunikasi menjadi bagian penting dari rencana kesiapsiagaan bencana. Hal ini sekaligus bentuk kesiapan dan keseriusan suatu negara dalam merespon bencana yang terjadi,” ungkap Pia.
Dalam Pengmas ini juga turut menghadirkan Stefanus AB Priambodo, Amd, Grad Dipl BA, MM, MALM, CERS, ERMAP seorang Pakar Manajemen Resiko, menjelaskan pentingnya perusahaan untuk senantiasa sigap dalam mengantisipasi krisis sejak awal.
“Pikirkan tindakan yang akan dilakukan dengan baik. Subjektivitas akan menjadi resiko bila tidak dipertimbangkan dengan baik. Persiapkan segala hal dengan baik supaya bila sudah kejadian, organisasi / perusahaan tersebut bisa melakukan protokol penanganan krisis dengan baik,” jelas Stefanus.
Sesi kedua pelatihan, diisi oleh Ika Rizki Yustisia, S.I.Kom., M.A, dan Wifka Rahma Syauki , S.I.Kom., M.Si, yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi UB, dengan berfokus kepada menyiapkan juru bicara dan naskah statement, serta pelaksanaan press conference dan media kits.
Ika Rizki Yustia mengatakan, sebagai juru bicara haruslah mampu mengolah dan menyampaikan informasi dengan sebaik mungkin. Tidak sekedar pintar berbicara, namun dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik.
“Bukan sekedar dituntut bisa bicara, namun pintar komunikasi. Content is the queen, Context is the king, and accuration is the God,” kata Ika.
Sementara itu, Dekan FISIP UB Dr. Sholih Mu’adi, SH., M.Si, mengungkapkan, kegiatan tahunan kali ini diharapkan mampu memberikan membantu para praktisi maupun akademisi Public Relations dalam memahami fenomena yang terjadi saat ini.
“Saya harap rangkaian pelatihan daring kali ini mampu memberikan output yang diperlukan untuk menangani situasi pandemi saat ini. Supaya tidak menimbulkan kepanikan, dan tentunya bisa menanggulangi hal ini sebaik mungkin,” pungkas Sholih. (Meg)