KANAL24, Jakarta – Pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan PDB secara full year tahun 2020 ini akan berada di level -1,1 persen hingga 0,2 persen.
Angka proyeksi ini hampir sepadan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu yang menyatakan optimistismenya bahwa pertumbuhan ekonomi akan mencapai 0,25 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan salah satu senjata utama yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tidak kembali jatuh terlalu dalam adalah belanja pemerintah. Diperkirakan belanja pemerintah akan menopang pertumbuhan ekonomi secara kumulatif sebesar 2 – 4 persen. Namun di luar itu, komponen pembentuk GDP semuanya diperkirakan masih dalam zona negatif.
“Belanja pemerintah diharapkan bisa dieksekusi secara efektif di kuartal III dan IV (2020) sehingga bisa memberikan dampak ke pertumbuhan ekonomi 2020,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual terkait APBN KiTa, Selasa (25/8/2020).
Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan belanja pemerintah tidak akan terlalu banyak berarti manakala kompenen pembentuk GDP lainnya tidak dimaksimalkan. Menurutnya konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tumbuh negatif -1,3 persen. Sementara PMTB (pembentukan modal tetap bruto) atau investasi akan tumbuh negatif 4,2 persen hingga -2,6 persen.
Kemudian impor diperkirakan juga tumbuh negatif 10,5 persen hingga minus 8,4 persen. Sedangkan ekspor tumbuh -5,6 persen hingga – 4,4 persen. Melihat peluang yang sangat tipis tersebut, Sri Mulyani berharap agar konsumsi rumah tangga bisa diupayakan lebih optimal, karena dirasa akan lebih mudah dibanding menggenjot PMTB atau net ekspor – impor.
“Kalau kita lihat keseluruhan tahun 2020, belanja pemerintah akan all out tapi semua sangat tergantung dari sisi konsumsi dan investasi. Nah ini yang akan jadi perhatian kita di kuartal ketiga dan keempat ini. Ini cukup berat karena kuartal III konsumsi belum pulih seperti yang kita harapkan padahal kita tinggal punya 1,5 bulan di kuartal III ini,” sambungnya.
Sementara itu terkait dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan di level 4,5 hingga 5,5 persen. Proyeksi ini juga sesuai dengan asumsi dari beberapa lembaga survey internasional seperti IMF, World Bank dan juga ADB.
Tercatat angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 oleh IMF sebesar 6,1 persen. Sementara dari perkiraan World Bank sebesar 4,8 persen dan prediksi ADB sebesar 5,3 persen. Dia berharap dengan segala upaya dan sumber daya yang ada tahun 2021 mendatang benar-benar bisa kembali ke level positif.
“Tahun 2021 range kita di level 4,5 – 5,5 persen, tapi ini semua akan tergantung dari base line dari 2020 yang akan terus bergerak sampai akhir tahun nanti,” pungkas Sri Mulyani.(sdk)