KANAL24, Surabaya – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, meminta kepada seluruh jajaran BMKG, BPBD, Dishub, PU Cipta Karya, Binamarga dan Dinas Sosial untuk bersiap mengantisipasi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi akibat adanya fenomena anomali Iklim La Nina.
“Bedasarkan data dari BMKG menunjukkan, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan naik 25 persen,” ungkap Gubernur perempuan pertama usai memimpin Rapat Koordinasi bersama semua pihak untuk kesiapsiagaan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Prov. Jatim pekan lalu.
Gubernur Khofifah meminta, kepada semua pihak utamanya instansi yang memiliki kemampuan kebencanaan untuk segera memitigasi dari setiap potensi kebencanaa dari hulu hingga hilir, terutama pada jalur jalur evakuasi kepada masyarakat jika terdapat bencana banjir, longsor ataupun angin puting beliung. Untuk itu, Seluruh intansi kebencanaan harus melakukan antisipasi bersama yang harus segera dibuat item yang lebih terukur mulai dari hulu hingga hilir.
“Saya minta ini harus di detailkan, baik BMKG, BPBD, Dinsos, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kesehatan, hingga Bappeda dan seluruh instansi kebencanaan untuk mengantisipasi adanya dampak yang terjadi. Ini sesuatu yang kompleks karena kebencanaan yang terjadi dapat mengakibatkan kemiskinan baru,” tegasnya.
Khofifah menginstruksikan kepada jajarannya untuk segera memitigasi secara detail dari hulu hingga hilir dengan mulai menghitung seluruh potensi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor sosial, ekonomi dan kehidupan masyarakat baik tempat evakuasi, dampak sosial dan ekonomi seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya.
“Kalau kita bisa mendetailkan koordinasi secara operasional, akan bagus dalam melangkah menangani kesiapsiagaan bencana. Kami tidak ingin terlambat merespon adanya fenomena La Nina,” terangnya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu mengingatkan, bahwa di masa Pandemi Covid 19 ini penanganan bencana harus dilakukan secara detail dan terukur. “Kita harus membreakdown, jikalau nanti ada evakuasi. Pandemi covid belum berakhir. Kita sama sama melakukan antisipasi lebih terukur melalui pola mitigasi mulai dari hulu hingga hilir seperti apa,” ungkapnya.
Khofifah mengibaratkan, jika nantinya terjadi banjir, puting beliung, maupun longsor bisa melakukan evakuasi dimana saja dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Inilah yang membedakan antara antisipasi resiko bencana alam saat ada dan tidak ada pandemi covid-19.
Dalam waktu dekat, Pemprov Jatim akan melakukan apel kesiapsiagaan bencanaan bersama semua pihak untuk lebih mengantisipasi dampak dari kebencanaan bisa dipersiapkan dengan detail.(sdk)