KANAL24, Jakarta – Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil Sp AK MM mengatakan hingga saat ini tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan dari uji klinis fase III vaksin Sinovac.
“Selama ini tidak kami temukan hal-hal yang menakutkan. Paling panas badan sedikit, demam sedikit, yang dalam dua hari hilang,” kata dia dalam dialog virtual “Menjawab Berbagai Keraguan Soal Vaksin”, Jakarta, Selasa (3/11/2020).
Dilansir dari Kantor Berita Antara Kusnadi mengungkapkan, 15 orang mengundurkan diri dari uji klinis tahap III, tujuh di antaranya karena alasan pindah kerja dan delapan lainnya karena sakit tetapi sakitnya tidak disebabkan oleh vaksin.
“Saya pikir sampai saat ini keamanannya masih bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Kusnandi mengatakan 1.620 relawan sudah mendapatkan suntikan vaksin pertama, sedangkan 1.590-an relawan sudah diberikan dua kali suntikan vaksin.
“Proses uji klinis selama ini, sementara waktu cukup baik,” ujarnya.
Kusnandi menuturkan riset uji klinis fase III tidak dilakukan terburu-buru Semua relawan yang sudah disuntik vaksin COVID-19 tersebut akan dipantau selama enam bulan.
Selain itu, uji klinis vaksin Sinovac bersifat multicenter karena dilakukan di beberapa negara termasuk Brazil dan Turki.
Pemerintah Indonesia akan membandingkan hasil uji klinis vaksin Sinovac di Bandung, Jawa Barat dengan hasil uji klinis vaksin serupa di negara lain.
“Kalau sudah lulus tahap III, vaksin bisa digunakan dan diperjualbelikan,” ujar dia.
Dari pengalamannya yang terlibat dalam berbagai riset uji klinis vaksin, Kusnandi mengatakan uji klinis vaksin Sinovac tersebut termasuk uji klinis yang aman.
Dari sekian banyak imunisasi yang dilakukan di Indonesia, kemungkinan terjadinya reaksi yang berat, seperti pingsan setelah diimunisasi, sangat kecil dengan keunginan 0,1 sampai 1 kejadian dari sejuta orang yang diimunisasi. (sdk)