KANAL24, Jakarta – Merger bank syariah milik anggota bank Himbara, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) diyakini akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Selain itu adanya BSI ini akan menjadi pemicu terhadap perkembangan ekonomi syariah di dalam negeri.
Hal itu disampaikan oleh Dirut PT BSI, Hery Gunardi dalam webinar Syariah Economic Outlook: Ekonomi Syariah Indonesia 2021, Selasa (19/1/2021).
Dijelaskan bahwa saat ini pertumbuhan perbankan syariah tetap positif meski di tengah pandemi. Hal ini membuktikan bahwa Bank Syariah lebih berdaya saing dibandingkan perbankan konvensional meskipun di tengah krisis.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembiayaan bank umum syariah per Desember 2020 tumbuh 9,5 persen year on year (yoy). Realisasi ini di atas rata-rata pertumbuhan pembiayaan bank umum nasional (konvensional). Sementara untuk rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) bank umum syariah di level 21,59 persen. Untuk Non Performing Finance (NPF) Gross terjaga di level 3,13 persen.
“Industri perbankan syariah telah menunjukkan pertumbuhan positif di sepanjang tahun 2020 walaupun kita sadar kondisi Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19. Artinya ekonomi syariah ini dapat menjadi sumber pertumbuhan baru dan membantu dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional,” tutur Hery.
Dia menambahkan, BSI nantinya akan menjadi sumber alternatif sistem keuangan. Terlebih total aset dari bank hasil merger tersebut akan mencapai Rp214,6 triliun. Untuk modal inti diperkirakan mencapai lebih dari Rp20,4 triliun. Dengan nilai tersebut, diyakini merger tiga bank ini akan menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
“Seperti yang kita ketahui pada zaman yang serba cepat dan sangat dinamis sistem ekonomi global membutuhkan sebuah alternatif sistem keuangan yang stabil aman resilient yang tentunya dapat memberikan keuntungan dan ketenangan pada setiap pihak,” pungkasnya.(sdk)