Agama diturunkan ke muka bumi sebagai rahmat bagi ummat manusia serta dalam rangka untuk mengatur kehidupan manusia agar hidupnya terarah dan tentram. Sementara kehidupan manusia di muka bumi cenderung brutal, barbar, kejam penuh kebiadaban, layaknya kehidupan kebinatangan yang buas. Demikianlah yang disinyalir dalam protes malaikat kepada Allah swt pada saat awal penciptaan manusia.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 30)
Agama hadir untuk mengarahkan manusia agar menjadi makhluk yang mulia dan terjauhkan dari naluri kebinatangan, jiwa barbar yang merusak keberlangsungan kehidupan tersebut. Sebab dalam diri manusia ada dua sifat yang selalu bertentangan. Satu sisi memiliki naluri yang berpotensi menolak kebaikan atau naluri memberontak yang selalu mengajak pada keburukan. Disisi lainnya adalah naluri yang mengajak kepada kebaikan. Apabila keduanya bertemu, maka seringkali yang menang adalah naluri keburukan. Sebab dengung suara keburukan cenderung lebih keras dan kuat dibandingkan suara kebaikan. Karena demikianlah naluri dasar manusia yaitu selalu ingin memberontak, tidak ingin diatur dalam kebaikan.
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yusuf : 53)
Manusia akan menjadi mulia apabila mengikuti suara fitrah kebaikan yang bersemayam dalam dirinya namun akan menjadi terjungkal ke lembah kenistaan manakala mengikuti hawa nafsu keburukannya yang selalu membisikkan padanya.
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا
Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, (QS. Asy-Syams : 8)
Agama itu ibarat obat antibiotik bagi jiwa yang terpapar virus. Anti biotik adalah sejenis obat yang dapat membunuh berbagai virus-virus yang menginfeksi jaringan tubuh yang dapat merusak keberlangsungan kehidupan makhluk hidup. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Agama hadir untuk menyehatkan manusia kembali dari sakitnya. Agama hadir untuk mengembalikan kemuliaan manusia sebagai makhluk terbaik yang hadir di tengah-tengah kehidupan.
Sehingga manakala ada orang yang berteriak untuk menghapus agama dalam pengajaran di dunia pendidikan maka dapatlah dipastikan bahwa yang ada dalam diri manusia yang bersangkutan terdapat banyak virus yang menggerogoti diri dan pikirannya. Ibarat obat antibiotik yang disuntikkan padanya sehingga sehingga virus yang ada dalam diri melakukan penolakan ibarat cacing kepanasan akibat obat yang diinjeksikan atasnya. Sebab pada jiwa yang terpapar virus akan selalu berkeinginan hidup bebas tanpa ada aturan yang mengikat dan mengekang nafsu kebinatangan.
Akhirnya dilancarkanlah serangkaian wacana dan argumentasi agar agama (yang bertindak sebagai anti biotik itu) dapat dihapus dari percaturan kehidupan berbangsa (baik dalam pengajaran ataupun praktek bernegara) dengan harapan dirinya dapat memenuhi berbagai kepentingan menebarkan virus yang sama pada manusia lainnya yang ada di sekitar. Mereka membangun argumentasi dan narasi yang menakutkan atas agama agar orang ikut membencinya, misal : agama itu adalah sumber radikalisme, agama merusak tatanan multikulturalisme, agama merusak keberagaman dan melahirkan sikap intoleransi. Bahkan tidak segan-segan mereka menolak dengan tegas nilai-nilai agama dengan argumentasi bahwa agama itu adalah kerjaan orang yang putus asa dalam mensikapi realitas, agama hanyalah khayalan dan mimpi atau hanyalah meramal akan masa depan. Serta berbagai label penyetanan (demonologisasi) lainnya yang sangat menyeramkan, dengan tujuan agar orang kebanyakan menjauh dari agama.
Memang, agama Islam semenjak awal telah hadir untuk menolak berbagai realitas buruk yang terpapar virus mematikan dalam kehidupan, yaitu penolakan atas ketuhanan. Sehingga sejak awal kehadiran islam dimulai dengan kalimat penolakan.
لا اله الا الله، و محمد الرسول الله
TIDAK ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah
Kalimat tauhid ini dimulai dengan kata لا، yang artinya Tidak, atau meniadakan (النفي) atau melakukan penolakan. Yaitu menolak terhadap berbagai bentuk apapun yang dipertuhankan oleh masyarakat jahiliyah pada saat itu. Islam sejak awal telah memposisikan diri sebagai agama yang berada di garis terdapat dalam menolak berbagai keburukan, kejelekan dan perilaku kemungkaran. Sehingga apabila kita lihat perjalanan sejarah, bahwa Rasulullah dan para sahabatnya adalah orang yang paling keras dalam melakukan penolakan terhadap berbagai bentuk kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat.
Demikian pula, lihatlah pada saat masa penjajahan, maka kalangan muslim adalah kelompok yang paling tegas dan keras dalam melakukan perlawanan sebagai bentuk penolakan terhadap kedhaliman, kesewewang-wenangan para penjajah kuffar. Serangkaian beragam perlawanan itu selalu dipimpin oleh para ulamanya dan para santrinya, karena mereka sadar bahwa kemungkaran jika dibiarkan akan merusak kehidupan secara keseluruhan. Dan tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini, yaitu sikap kritis kaum muslimin khususnya para ulamanya dalam melakukan penolakan terhadap berbagai kemungkaran yang dapat merusak tatanan kebaikan yang lebih luas.
Sehingga bagi mereka yang selama ini berada di jalan kemungkaran, berteman dengan keburukan dan penyuara kebathilan serta kedhaliman maka pasti tidak akan terima dengan kehadiran agama ini.
Siapakah mereka yang menolak agama dalam kehidupan? Mereka adalah orang-orang yang merasa kepentingan dirinya.terganggu. atau mereka yang semenjak awal telah membenci agama atau mereka yang memang tidak percaya akan agama. Kelompok ini dalam sejarah awal Islam diwakili oleh orang-orang kafir, musyrikin. Dan pada zaman sekarang mereka diwakili oleh musuh-musuh islam yang tidak ingin Islam berkembang yaitu terdiri dari yahudi dan nasrani. Atau kelompok terakhir adalah mereka yang membenci agama yang menganggap agama ada candu masyarakat, itulah kalangan atheis komunis.
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (QS. Al-Baqarah : 120)
Karena itulah, sadarlah bahwa mereka yang kencang dan keras bersuara menolak agama dalam pengajaran pendidikan dan praktik dalam kehidupan maka sejatinya mereka ingin agar kehidupan bermasyarakat dan berbangsa ini terlepas dari nilai-nilai kebaikan dan mereka akan menggatikannya dengan nilai kepentingan dirinya, yaitu diri yang telah terpapar virus keburukan yang dapat mematikan dan menghentikan kehidupan.
Mereka tentu tidak ingin sendirian terpapar, mereka ingin mengajak orang lainnya ikut terpapar. Demikianlah syetan iblis yang terlaknat dari surga, mereka meminta kepada Tuhan Allah SWT agar diberi kesempatan usia yang lama dan panjang untuk menggoda anak cucu Adam agar kelak ada teman yang menemaninya di neraka.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A’râf :16-17)
Jadi, jelaslah tujuan mereka mengapa mereka menginginkan agar agama dihapus dari pengajaran umat manusia dan kehidupan berbangsa dan bernegara tiada lain karena mereka menginginkan agar ada teman kelak di neraka. Na’udzubillahi min dzalik. Padahal bagi orang yang berakal, kehadiran agama adalah untuk rahmad dan menenangkan kehidupan kemanusian serta keselamatan di dunia dan akhirat. Jadi agama bukanlah sumber radikalisme melainkan agama adalah sumber ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan.
Semoga kita diselamatkan dari godaan syetan yang terkutuk dan semoga kita selalu dibimbing di jalan agamaNya yang lurus yang menyelamatkan dan membahagiakan. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Motivator dan Dosen FISIP UB