KANAL24, Jakarta – Total restrukturisasi kredit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp54 triliun (6% dari total kredit) per 24 April. Sebagian besar kredit Kupedes dan segmen kredit kecil (small credit).
Manajemen BBRI tidak dapat menghindari lonjakan provisi dan karenanya terjadi revisi laba per saham (EPS), terpangkas antara 25%-62% pada proyeksi 2020-2022.
“Kami memangkas rating menjadi Hold dengan potensi upside adalah pemulihan segmen mikro yang lebih cepat,” demikian seperti dijelaskan Tim Analis PT Indo Premier Sekuritas.
Lonjakan Restrukturisasi Kredit
Akibat wabah corona manajemen BBRI telah merestrukturisasi kredit. Per awal April, total kredit yang harus direstrukturisasi sebesar Rp15 triliun dan naik signifikan menjadi Rp54 triliun per 24 April 2020. Jumlah ini adalah 6 persen dari total kredit.
Segmen Kupedes/Konvensional mikro yang jumlahnya Rp29 triliun atau 54 persen dari total dan small credit mencapai Rp22 triliun atau 41 persen dari total mendominasi secara keseluruhan restrukturisasi kredit.
Ini juga menambahkan bahwa kecepatan akselerasi restrukturisasi masih berdasarkan secara mingguan (WoW) tetapi diperkirakan jumlah restrukturisasi melambat turun pada akhir Mei.
Dalam hal skema restrukturisasi, saat ini tawaran untuk segmen mikro adalah perpanjangan tenor dan atau penangguhan pokok yang mana sebagian besar segmen small juga mendapat potongan suku bunga.
Butuh Biaya
Tim Analis PT Indo Premier Sekuritas memuji langkah pencegahan manajemen BBRI yakni melakukan restrukturisasi lebih awal.
Antisipasi dampak terhadap kreditor meskipun sebelum ada kejelasan tentang potensi subsidi (subsidi bunga) oleh pemerintah. Restrukturisasi sangat penting untuk membantu debitor UMKM -nya, penundaan pembayaran pokok akan menghasilkan 90 persen arus kas yang lebih baik.
“Cukup nyaman dengan kenyataan bahwa sebagian besar kredit mikro dijamin (aset tetap untuk Kupedes dan asuransi untuk KUR), dan dengan begitu provisi yang diperlukan lebih kecil bagi segmen mikro walaupun restrukturisasi meningkat,” papar Tim Analis tersebut seperti dikutip dari risetnya, Kamis (30/4/2020).
Revisi EPS
Tim Analis Indo Premier tersebut juga melakukan simulasi potensi restrukturisasi kredit BBRI dari data terkini. Dari simulasi tersebut menambah potensi restruturisasi hingga Rp210 triliun total restrukturisasi.
Diperkirakan ini akan membukukan provisi sekitar 16 persen untuk restrukturisasi kredit dan akan melebar selama 2 tahun di tengah kebijakan relaksasi oleh OJK pada 2020. Sebagian besar (67%) provisi dialokasikan untuk tahun 2021.
Ini berarti, kata Tim Analis tersebut, ada revisi EPS antara 25-62 persen pada proyeksi tahun 2020-2022 dan 20-60 persen EPS lebih rendah dari konsensus.
“Ini mendorong Kami memangkas target harga menjadi Rp2.800,” tambah para analis tersebut.
Pemangkasan target harga (TP/target price) tersebut berdasarkan rasio P/BV sebesar 1,7 kali atau dengan standar penyimpangan -1,5 terhadap rata-rata P/BV selama 10 tahun. Rating BBRI juga diturunkan menjadi Hold.
Potensi upside BBRI adalah pemulihan segmen mikro secara lebih cepat karena modal yang dibutuhkan lebih rendah untuk memulai aktivitas bisnis lagi pasca pandemic covid-19. Sedangkan potensi downside adalah kenaikan rating default serta dilutif dalam merger dan akuisisi. (sdk)