Kanal24, Malang – Di tahun politik 2024 ini, forum-forum diskusi di kampus kembali menjadi wadah yang sangat penting untuk memperkuat pondasi demokrasi yang sehat. Kampus sebagai ruang intelektual selalu memiliki peran krusial dalam mengawal dinamika politik bangsa, terutama di saat suhu politik meningkat. Forum akademis memberikan ruang bagi mahasiswa, dosen, dan tokoh-tokoh intelektual untuk bertukar pikiran secara terbuka, menyuarakan ide-ide besar, dan mengkritisi keadaan politik dengan pendekatan ilmiah.
Universitas Brawijaya (UB) turut mengambil bagian dalam peran ini melalui diskusi Mimbar Akademik bertajuk “Mengawal Demokrasi yang Bersih dan Beradab”, yang digelar di UB Coffee pada Kamis (26/9/2024). Diskusi ini diprakarsai oleh FISIP UB bekerja sama dengan Sygma Research and Consultant, menghadirkan dua pembicara utama: Anas Urbaningrum, mantan politisi yang kini dikenal sebagai intelektual organik, dan Dr. Ahmad Imron Rozuli, Wakil Dekan II Fisip UB. Kehadiran ratusan mahasiswa, dosen, dan loyalis Anas menambah antusiasme dalam forum tersebut, membuktikan pentingnya diskusi semacam ini di tengah situasi politik yang kerap kali memanas.
Dalam forum ini, Anas Urbaningrum menyampaikan betapa pentingnya kampus sebagai tempat perbincangan substantif yang sehat, terutama saat wacana politik di luar kampus semakin jauh dari substansi. “Kampus adalah tempat di mana perbincangan substantif yang sehat harus terus terjaga,” ujarnya, mengkritisi kondisi diskursus politik yang menurutnya kini lebih didominasi oleh suara keras tanpa esensi yang jelas.
Anas menyampaikan pentingnya peran kampus dalam menjaga kewarasan publik. “Kampus tidak boleh diam, perbincangan yang sehat harus datang dari lingkungan akademis dan mempengaruhi pemikiran bangsa,” tegasnya. Menurutnya, kampus tidak hanya menjadi pusat intelektual, tetapi juga harus terhubung dengan kehidupan sosial dan politik yang lebih luas. “Jika kampus tetap bisu, maka demokrasi kita tidak akan pernah sehat.”
Pernyataan ini mencerminkan perjalanan politik Anas Urbaningrum, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sebelum menghadapi kasus hukum yang membuatnya mundur dari panggung politik nasional. Meski begitu, Anas tak pernah benar-benar menjauh dari dunia intelektual, tetap aktif menyuarakan pandangannya mengenai demokrasi yang sehat dan adil.
Anas juga menegaskan, kampus adalah ruang di mana narasi besar bangsa seharusnya bermula. Ia berharap peran kampus dalam dinamika demokrasi Indonesia semakin kuat, terlebih saat menghadapi tantangan politik ke depan. “Kampus harus berperan aktif untuk menjaga kualitas demokrasi yang lebih baik,” tambahnya.
Acara ini ditutup dengan pesan tegas Anas kepada para mahasiswa untuk tidak apatis terhadap keadaan bangsa. (din)