KANAL24, Malang – Di awal surat kedua dalam susunan mushaf utsmani, yaitu surat al Baqarah, secara gamblang Allah swt menjelaskan bahwa manusia terbagi dalam tiga tipologi. Dua tipologi berada dalam dua garis diametral, yaitu mukmin di satu sisi dan kafir di sisi ujung lainnya. Pada kedua tipologi ini secara tegas Allah menjelaskan dengan gambaran sifat yang jelas, lugas dan tegas serta hanya cukup menjelaskan dalam beberapa karakteristik. Seorang mukmin dijelaskan dengan kepribadian yang tegas, tidak ada keraguan dalam keyakinan, percaya pada yang ghaib (Allah, malaikat, Akhirat, taqdir), mendirikan shalat, ringan tangan untuk berinfaq atas rezeqi yang Allah berikan, bersemangat melakukan amal kebaikan dan menjaga sikap serta perilaku karena percaya ada masa pertanggungjawaban di akhirat.
Sementara tipe yang kedua, dengan tegas Allah menjelaskan cukup hanya 2 ayat saja yaitu bahwa mereka adalah orang yang ingkar atas nikmat Allah dan menolak yakin padaNya. Hati mereka tertutup untuk menerima kebenaran, telinga mereka sudah tidak mau mendengarkan arahan petunjuk, mata mereka terbutakan untuk melihat bukti-bukti kebenaran. Itulah orang kafir
Namun disaat mendeskripsikan tentang tipologi yang ketiga, Allah swt perlu memberikan gambaran panjang lebar hingga Allah membutuhkan 13 ayat untuk menjelaskan tipe yang ketiga ini. Karena perilaku tipologi ketiga ini memang sangat rumit, sebab suka bermain di dua kaki, sikap abu-abu, beda depan dan belakang, manis muka di hadapan namun buruk muka di belakang, mereka memakai berbaju kepalsuan. Orang pada tipe ini sangat berbahaya dari pada tipe yang kedua, orang kafir. Sebab mereka adalah dari kalangan kita sendiri, berbicara sebagaimana diri kita bahkan sangat menguasai dalil, namun semuanya hanyalah indah di bibir dan penuh kepalsuan. Itulah orang munafiq.
Bagaimana sifat pada tipologi yang ketiga ini ?. mereka adalah seseorang yang juga menyatakan iman melalui lisannya namun tidak dengan hatinya, hatinya penuh keraguan, bicaranya tampak enak didengar, meyakinkan, pandai berargumentasi, namun hatinya jahat, suka mengkhianati teman, menusuk dari belakang, memotong dalam lipatan, menikung teman seiring. Lebih suka menjadi penjilat daripada teguh dalam memegang prinsip.
Mereka berperilaku demikian sebab dalam hati mereka ada penyakit yaitu berupa keragu-raguan. Ragu dalam keyakinan, ragu dalam persahabatan sehingga rela mengorbankan loyalitas. Baik dalam loyalitas keimanan sehingga rela menyatakan bahwa tidak ada kebenaran mutlak dalam satu agama, kebenaran ada pula pada agama lainnya sehingga semua agama itu sama (liberalisme agama). Begitu pula dalam loyalitas interaksi kemanusiaan sehingga rela mengorbankan persahabatan demi meraup keuntungan pribadi.
Manakala mereka diingatkan agar jangan membuat kerusakan dan kedhaliman (baik dalam agama ataupun tata kehidupan), maka muncullah sikap sombongnya dengan berdalih bahwa apa yang dilakukannya (melalui ide-ide liberalismenya tsb) adalah untuk melakukan kebaikan bagi ummat islam agar terwujud islam yang rahmatan lil alamin, padahal sejatinya menurut Allah bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah merusak islam. Hal ini di Firmankan oleh Allah swt,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ. أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. (QS. Al-Baqarah : 11-12)
Demikian pula disaat mereka diajak untuk menggunakan akal sehatnya agar menerima dan tunduk pada kebenaran, maka muncullah kesombongan mereka dan menolak ajakan kebenaran bahkan menganggap para penyeru kebenaran itu sebagai kelompok “peramal masa depan yang bodoh”. Mereka memusuhi para pembawa kebenaran bahkan mereka lebih senang
berkumpul dan berteman dengan orang-orang yang memusuhi dan membenci agama (kafir) daripada dengan sesama orang beriman dan menyuarakan kebenaran. Argumentasi yang didalihkannya adalah untuk kebaikan atas agama dan islam. Padahal secara nyata Allah swt menjawab bahwa sejatinya merekalah yang telah membuat kerusakan, namun mereka tidak menyadarinya. Hal demikian telah dijelaskan pula oleh Allah dalam Firman-Nya QS. Albaqarah ayat 11-20.
Apabila mereka diingatkan maka mereka akan menampilkan argumentasi dengan dalil yang lebih fasih lagi, karena memang demikianlah kemunafikan itu telah menutup mata hati mereka untuk menerima kebenaran.
صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ
Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali. (QS Al-Baqarah : 18)
Semoga kita diselamatkan dari sifat kemunafikan dnn dijauhkan dari tipu daya orang-orang munafiq dan yang memusuhi islam. Semoga kita selalu berada dalam bimbingan dan ridho-Nya. Aamiiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Fisip UB Malang dan Motivator