NAL24, Malang – Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa bekerja sama dengan Kementerian Agama, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha mengadakan International Conference on Buddhism pada 4-7 November 2019 di Hotel Royal Orchid Garden, Batu, Jawa Timur.
Tujuan konferensi ini adalah untuk memberikan perspektif baru tentang hubungan Buddha dan Muslim. Kedua, untuk memperdalam pemahaman tentang hubungan agama antara agama Buddha dan Islam. Ketiga, memahami pentingnya kerukunan beragama. Keempat, mengembangkan saling pengertian dan kolaborasi lebih lanjut antara agama komunitas.
Tema khusus konferensi ini yaitu memperkuat hubungan Buddha-Muslim di Asia Tenggara dijabarkan dalam empat sub-tema. Pertama, peran institusi pendidikan, pekerjaan sosial dan organisasi kesejahteraan di Asia Tenggara untuk memperkuat hubungan Buddha dan Muslim. Kedua, peran media dan literasi media dalam memperkuat keharmonisan hubungan antara Buddha dan Muslim. Ketiga, menemukan nilai-nilai umum antara Buddhisme dan Islam: Sejarah, Teks, Praktek, Pengetahuan, dan Ritual. Keempat, partisipasi perempuan dalam mempromosikan perdamaian dan kerukunan beragama.
Selain itu, konferensi ini juga menjadi momen istimewa dengan peluncuran buku Perjumpaan Islam dan Buddha yang merupakan buah pemikiran Imtiyaz Yusuf. Bikkhu Jayamedho dibantu Aryanto Firnandi dari Sekolah Tinggi Agama Buddha.
Dalam sambutannya, Ketua STAB Kertarajasa, Dr. Santacitto menyampaikan, “Kami mempersembahkan kumpulan tulisan ilmiah dari keynote speaker, Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf, seorang cendekiawan yang beragama Islam namun sangat memahami ajaran Buddha karena beliau tinggal di Bangkok, Thailand dan mengajar di Mahidol University. Bhikkhu Jayamedho sangat mengenal beliau sejak lama dan memiliki pengertian pemahaman yang selaras dengan harapan dan cita-cita Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf tentang bagaimana mendekatkan dan memperkokoh hubungan umat Buddha dan umat Islam, karena umat Buddha di Indonesia minoritas dan umat Islam mayoritas. Sedangkan di wilayah ASEAN, umat Buddha dan Islam jumlahnya seimbang. Oleh karena itu, kerja sama yang erat antara kedua kelompok masyarakat tersebut memberikan arti yang sangat besar dan bermanfaat bagi stabilitas dan pertumbuhan ASEAN, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan budaya.”
Di samping Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf dan Lukman Hakim Saifuddin yang akan hadir sebagai pembicara utama, konferensi ini cukup representatif menampilkan relasi Islam dan Buddha di Asia Tenggara dengan hadirnya sejumlah pembicara berlatar akademisi, tokoh agama, dan aktivis dari Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. Antropolog dari Universitas Gadjah Mada yang dikenal dengan bukunya Senjata Cakra di Atap Wihara, Sinkretisasi Pasca 1965 di Tirtoarum, Nusya Kuswantin. (sdk)