KANAL24, Jakarta – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ), Bahlil Lahadalia, menyatakan minat investor asal Korea Selatan (Korsel) untuk tanamkan investasinya di Indonesia sangat tinggi. Hal itu tercermin dari adanya dua kesepakatan antara perusahaan Indonesia dan Korsel.
Bahlil menyatakan salah satu perusahaan konstruksi di Indonesia, PT Nindya Karya (Persero) sepakat menjalin kerjasama dengan DH Group. Bahlil menjelaskan nota Kesepahaman yang ditandatangani masing-masing pihak itu merupakan bentuk kerjasama dalam hal pengerjaan investasi proyek revitalisasi pemipaan di Blok Rokan dan pengembangan kilang – kilang di Dumai milik Pertamina dengan perkiraan biaya sekitar Rp60 Triliun.
Dijelaskan Bahlil bahwa pengembangan proyek tersebut untuk membantu Pemerintah Indonesia merevitalisasi pipa migas Blok Minyak Rokan agar kapasitas produksi minyak dapat dinaikkanditingkatkan. Sedangkan, pembangunan pengembangan kilang di Dumai untuk meningkatkan kapasitas produksi BBM dan mengurangi ketergantungan impor minyak sehingga diharapkan mampu menekan defisit transaksi berjalan.
“Kami berterima kasih banyak kepada PT Nindya Karya untuk inisiasi kerjasama dengan dua perusahaan Korea. Pemerintah akan mendukung penuh untuk memfasilitasi rencana investasi tersebut di Indonesia,” ungkap Bahlil dalam keterangannya, Rabu (18/12/2019)
Selain itu PT Nindya Karya (Persero) juga menjalin kemitraan dengan Samsung Engineering untuk pengembangan fasilitas pengolahan air di Bali dan D.I Yogyakarta, dengan nilai proyek mencapai Rp5 1,2 triliun. Pengembangan proyek ini diharapkan dapat membantu pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
BKPM sangat mengapresiasi adanya kerjasama yang baik antara Perusahaan Indonesia dengan Perusahaan Korea Selatan tersebut. Sesuai dengan Inpres No. 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha, saat ini seluruh perizinan dan insentif fiskal menjadi kewenangan BKPM .
“Kami akan membantu investasi teman-teman semua, sehingga investor tidak perlu ragu-ragu untuk berinvestasi di Indonesia,” pungkas Bahlil. (sdk)