KANAL24, Malang – Bonus demografi, abad digital, dan pembangunan ekonomi lokal, tiga kata kunci yang disampaikan oleh Prof. Ahmad Erani Yustika pada kuliah perdana mahasiswa S1, S2, S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya hari ini, senin 19/8/2019 di Gedung Samantha Krida.
Kuliah ini, dibuka oleh Dekan FEB Nurkholis, Ph.D dan dimoderatori oleh dosen FEB Setyo Tri Wahyudi, Ph.D. Kuliah ini juga dihadiri oleh mahasiswa baru maupun mahasiswa lama dari seluruh jenjang.
Menurut Erani, tiga konsep kunci pembangunan diatas, harus digabungkan menjadi satu ikatan pokok, untuk menjawab tantangan pembangunan khususnya ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
“Bonus demografi, dimaknai sebagai sebagian besar penduduk suatu negara berada di usia produktif, yakni, antara 15-64 tahun. Asumsinya, negara yang mengalami bonus demografi bisa menyumbangkan tenaga, inovasi, gagasan, yang terbaik bagi negara tersebut,” ungkap Erani.
Lanjutnya, Indonesia memiliki proporsi 68 persen penduduk produktif. Puncak Indonesia mengalami berkah demografi pada tahun 2020-2025 mendatang. Kata kunci untuk lompatan pembangunan khususnya ekonomi Indonesia yang paling besar akan terjadi pada 5 tahun mendatang.
Bonus demografi bukanlah kemewahan milik Indonesia saja tapi juga negara-negara lain seperti UEA, India, dan Jerman. Problemnya adalah percuma miliki komposisi masyarakat usia produktif banyak, tetapi dari sisi kualitas tidak memadai, yang dapat menimbulkan kurangnya daya saing dengan negara lain.
Masuk ke dalam abad digital. Di abad ini, Erani menuturkan bahwa kita memasuki perubahan yang luar biasa, nyaris tidak tau apa yang terjadi esok hari ketika temuan-temuan yang luar biasa hebat itu terjadi.
“Dengan adanya teknologi, semua aktivitas merangsek masuk. Misalnya transaksi bisa dilakukan dengan mudah,cepat, daN murah karena adanya online shop. Dengan adanya abad ini, ada negara-negara yang bisa mengambil manfaat, bisa mengikuti gelombang. Tetapi, ada juga negara yang tertinggal tidak bisa mengikuti arus dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan itu. Nah, jangan sampai kita menjadi yang kedua, kita harus bisa memanfaatkan teknologi untuk terus berinovasi menyongsong Indonesia maju, sesuai dengan tema kemerdekaan ke 74 tahun ini,” jelas alumni UB tersebut.
Kata kunci selanjutnya yakni, pembangunan ekonomi lokal. Menurut Professor kelahiran Ponorogo itu, Jangan menganggap keberhasilan kesuksesan hanya ada di dalam pusaran pusat negara atau Jakarta, atau hanya di pusat ekonomi dunia misal Washington atau London. Tapi, pembanguna di kampung-kampung atau didesa itu juga harus dilakukan.
“Topik pembangunan ekonomi lokal sangat relevan dengan negara kita. Ada sekian anak bangsa yang tinggal di kabupaten, desa-desa yang belum berkembang itu semua wajib kita urus. Hampir 60% tenaga kerja kita lulusan SMP kebawah, mereka yang sanggup ke level perguruan tinggi hingga sarjana tak lebih dari 8% dari struktur Indonesia. Anda semua bisa membangun, membangkitkan pengetahuan di kabupaten tempat anda lahir. Anda semua bisa mengungkit pembangunan ekonomi disekitar kampus, atau menyumbangkan inspirasi daerah perbatasan atau tempat terisolasi. Jika anda mampu membuat perubahan atas manusia di wilayah tadi, maka anda sama berhasilnya dengan yang berkiprah di nasional maupun internasional,” pungkasnya
Di kuliah ini juga, Erani sebagai penggagas dana desa memaparkan bahwa tahun depan dana desa meningkat jumlahnya yakni sebesar 72 T. Dengan kondisi ini, harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Erani mengajak menanamkan sikap bahwa kesuksesan bisa terjadi dimana saja. (sdk)