Kanal24, Malang – Perkembangan dunia fashion muslim di Indonesia semakin pesat dan beragam. Desainer Malang, Yeti Topiah, mengungkapkan bahwa industri busana muslim di tanah air memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan negara lain. Dalam wawancara eksklusif dengan Kanal24 pada Rabu (19/03/2025), Yeti menekankan bahwa desain busana muslim di Indonesia tidak hanya terbatas pada gamis atau pakaian panjang tertutup, tetapi juga berkembang dengan berbagai gaya dan potongan yang tetap sesuai dengan nilai-nilai syariah.
“Di Indonesia, busana muslim sangat beragam karena banyak desainer yang terus berinovasi. Kami banyak mengembangkan desain yang fleksibel, sehingga bisa dipakai oleh muslim maupun non-muslim,” ujar Yeti. Menurutnya, mode busana muslim saat ini lebih dinamis, dengan konsep mix and match yang memungkinkan satu pakaian bisa dikenakan dalam berbagai gaya.
Baca juga:
Mengenal Baggy Pants: Tren Fashion yang Kembali Digemari

Dari Hobi Menjadi Profesi
Yeti memulai kariernya sebagai desainer sejak 2004. Awalnya, ia merasa kesulitan menemukan busana yang sesuai dengan seleranya di pasaran, sehingga ia memutuskan untuk membuat sendiri. Seiring waktu, banyak orang tertarik dengan hasil karyanya, dan akhirnya ia menekuni dunia desain secara profesional.
“Tahun 2009 saya sempat vakum karena fokus pada bisnis lain. Lalu pada 2014, saya kembali belajar desain secara lebih mendalam dan mulai membangun brand sendiri,” ungkapnya. Kini, Yeti memiliki butik, Yece by Yeti Topiah, yang dikenal dengan koleksi busana muslim modern dengan sentuhan gaya casual dan klasik elegan.
Salah satu ciri khas desain Yeti adalah konsep new basic layering, yang memungkinkan satu set pakaian terdiri dari beberapa potongan yang dapat digunakan secara terpisah. Dengan konsep ini, pelanggan bisa mengkombinasikan pakaian sesuai kebutuhan dan menciptakan tampilan baru tanpa harus membeli busana baru secara keseluruhan.
Wastra Nusantara di Kancah Internasional
Sebagai desainer, Yeti juga berupaya mengangkat budaya Indonesia melalui busana muslim. Setiap kali mengikuti pameran atau fashion show di luar negeri, ia selalu menggunakan wastra Nusantara seperti tenun, batik, dan ecoprint sebagai bahan utama.
“Kalau ke luar negeri, saya pasti membawa wastra Indonesia. Itu keunggulan kita dibanding negara lain,” jelasnya. Pada September 2024, Yeti berpartisipasi dalam fashion show di Paris, di mana ia menampilkan koleksi busana muslim berbahan wastra dengan gaya modern yang bisa diterima pasar internasional.
Baca juga:
Inilah Pemenang Fashion Design Competition MFF 2025
Meski begitu, industri fashion muslim di Indonesia tetap menghadapi tantangan, terutama dari persaingan harga di e-commerce. Menurut Yeti, banyak produk busana muslim murah dengan kualitas rendah beredar di pasaran, sehingga konsumen perlu lebih cermat dalam memilih.
“Kami menyasar pasar middle up, yaitu mereka yang memahami kualitas bahan, jahitan, dan desain. Karena itu, butik saya tidak fokus di online shop, melainkan lebih banyak menerima pesanan custom,” ungkapnya.Ke depan, Yeti berencana memperluas pasar internasional dengan menembus ekspor. Saat ini, ia sedang dalam tahap kurasi untuk program pengembangan pasar luar negeri. “Harapannya, busana muslim Indonesia semakin dikenal dunia dan kita bisa menjadi pusat fashion muslim global,” pungkasnya. (nid/bel)