Kanal24, Malang – Di tengah upaya mendorong kemandirian pembiayaan pendidikan tinggi, Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah Waqaf Goes to Campus (WGTC) XV yang mengusung tema “Mendorong Dana Abadi Melalui Wakaf Berbasis Kampus.” Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) bekerja sama dengan Dana Abadi UB ini menjadi momentum penting dalam memperkuat ekosistem wakaf produktif di lingkungan perguruan tinggi Indonesia.
Acara yang berlangsung di Gedung Samantha Krida UB ini dihadiri oleh pimpinan BWI, Rektor UB Prof. Widodo beserta jajaran pimpinan universitas, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur, Plt. Asisten III Gubernur Jawa Timur, serta Wali Kota Malang, Drs. H. Wahyu Hidayat, M.M.
Selain seminar nasional, kegiatan ini juga diwarnai dengan Forum Group Discussion (FGD) Forum Rektor yang membahas sinergi antara BWI dan perguruan tinggi dalam penguatan kebijakan wakaf di dunia pendidikan. Acara juga dirangkai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara BWI dan sejumlah perguruan tinggi serta penyerahan sertifikat nazhir wakaf uang kepada Universitas Brawijaya.
Baca juga : UB Raih Penghargaan BWI, Perkuat Dana Abadi Pelopor Wakaf Perguruan Tinggi

Kampus sebagai Episentrum Gerakan Wakaf Produktif
Ketua Divisi Humas, Sosialisasi, dan Literasi BWI yang juga Ketua Panitia WGTC XV, Dr. Agus Priyatno, menjelaskan bahwa kegiatan ini melibatkan kolaborasi erat antara BWI dan Dana Abadi UB, dengan empat agenda utama.
“Pertama, pelatihan dan sertifikasi kompetensi nasional nazhir wakaf uang yang sudah dimulai sejak 15 Oktober. Kedua, Forum Rektor yang menghadirkan delapan kampus. Ketiga, seminar nasional, dan keempat pengabdian masyarakat yang akan digelar di UIN Maulana Malik Ibrahim,” ujarnya.
Dr. Agus menekankan, kampus adalah tempat yang paling tepat untuk menumbuhkan semangat intelektual dan nilai filantropi Islam. “Universitas besar dunia seperti Harvard dan Cambridge tumbuh kuat karena ditopang oleh endowment fund atau dana abadi. Kehadiran gerakan wakaf di Universitas Brawijaya diharapkan memperkuat langkah UB menuju universitas kelas dunia,” katanya.
Baca juga : Sinergi Dana Abadi UB dan BWI, Siapkan Program Transformasi Waqaf
BWI: Wakaf adalah Solusi Kemanusiaan dan Kebangsaan
Sementara itu, Wakil Ketua BWI Dr. Tatang Astarudin menyoroti tiga aspek penting dalam pengembangan wakaf di Indonesia, yakni regulasi, literasi, dan kompetensi.
“Regulasi wakaf kita sudah cukup lama dan perlu diperbarui agar lebih relevan dengan tantangan zaman. Dalam hal ini, perguruan tinggi memiliki peran penting dalam riset dan advokasi kebijakan wakaf,” jelasnya.
Ia menambahkan, masih banyak masyarakat yang memahami wakaf hanya sebatas pembangunan tempat ibadah. Padahal, dalam konteks kekinian, wakaf telah berkembang menjadi instrumen sosial dan ekonomi yang inklusif.
“Wakaf untuk pendidikan, konservasi lingkungan, hingga riset sosial semuanya merupakan bagian dari ibadah. Wakaf bukan hanya ibadah ritual, melainkan ibadah sosial untuk kesejahteraan umat,” ujarnya.
Dr. Tatang juga mengungkapkan data menarik tentang potensi besar wakaf nasional. “Potensi wakaf uang Indonesia mencapai Rp181 triliun, dengan 20 persen atau sekitar Rp36 triliun berada di Jawa Timur. Kampus sendiri memiliki potensi wakaf uang mencapai Rp5,7 triliun. Ini luar biasa jika dapat digerakkan secara produktif,” ungkapnya.
Menurutnya, kampus adalah mitra strategis karena menjadi tempat berkumpulnya masyarakat terdidik, religius, dan melek teknologi. “Ketika kampus terlibat aktif, kami yakin gerakan wakaf akan lebih mudah diakselerasi dan membawa manfaat nyata,” tegasnya.

UB Bangun Kesadaran Wakaf Pendidikan
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menegaskan komitmen UB untuk terus mengembangkan pendidikan inklusif yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“UB adalah rumah bagi lebih dari 70 ribu mahasiswa dan 6 ribu dosen serta tenaga kependidikan dengan 198 program studi. Lebih dari 50 persen program studi kami sudah terakreditasi internasional,” ujarnya.
Baca juga : UB Perkuat Peran Awardee Dana Abadi melalui Pembekalan Soft Skills dan Spirit Filantropi
Prof. Widodo menambahkan, UB berupaya memperkuat dana abadi pendidikan yang bersumber dari alumni, mitra, dan masyarakat. Namun, ia mengakui masih ada tantangan besar dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya wakaf untuk pendidikan tinggi.
“Sebagian masyarakat masih berpandangan bahwa perguruan tinggi negeri sepenuhnya dibiayai pemerintah. Padahal, wakaf pendidikan juga merupakan amal jariyah yang tidak kalah mulia dibanding membangun masjid,” katanya.
Ia menegaskan, melalui gerakan wakaf produktif, UB ingin berkontribusi membangun peradaban bangsa. “Kita perlu memahami bahwa wakaf bukan hanya untuk mendirikan bangunan ibadah, tetapi untuk membangun peradaban melalui ilmu pengetahuan, penelitian, dan inovasi,” tegasnya.

Pemkot Malang Dukung Ekosistem Wakaf Pendidikan
Wali Kota Malang Wahyu Hidayat dalam sambutannya turut menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan WGTC XV di Kota Malang.
“Wakaf bukan sekadar aktivitas keagamaan, tetapi instrumen strategis yang memberikan manfaat jangka panjang bagi pembangunan berkelanjutan, khususnya di bidang pendidikan,” ujarnya.
Menurutnya, Kota Malang memiliki potensi besar dengan 57 perguruan tinggi dan sekitar 800 ribu mahasiswa. Potensi ini, katanya, bisa dioptimalkan untuk membangun dana abadi pendidikan berbasis wakaf.
“Jika potensi ini dikelola dengan baik, Malang dapat menjadi contoh kota pendidikan yang mandiri secara finansial, inklusif, dan berdaya saing internasional,” katanya.
Wahyu menegaskan bahwa Pemerintah Kota Malang siap mendukung inisiatif kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam memperkuat ekosistem wakaf produktif. “Dengan sinergi yang baik, wakaf akan menjadi kekuatan strategis untuk mendorong pendidikan, kesejahteraan, dan kemajuan bangsa,” pungkasnya.(Din)











Comments 1