KANAL24, Malang – Setiap kita adalah anak, setiap anak terlahir dari kedua orang tua. Setua apapun kita tetaplah sebagai anak. Berinteraksi dengan orang tua haruslah sebaik mungkin, berhati-hatilah dalam interaksi dengannya, jangan sampai membuatnya tersinggung dan tersakiti hatinya, orang tua ibarat malaikat yang diutus pada diri kita di muka bumi ini, tanpa kedua orang tua, mungkin tidak akan pernah hadir di muka bumi.
Jagalah orang tua kita, sebab doa kedua orang tua adalah salah satu dari tiga doa yang tak akan tertolak di hadapan Allah. Dan kedua orang tua adalah salah satu jalan sorga kita. Mereka menjadi salah satu doa malaikat yang diamini oleh Rasulullah saw. Suatu ketika disaat Rasulullah naik keatas mimbar Rasulullah mengucapkan aamin 3x sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam naik mimbar lalu beliau mengucapkan, ‘Amin … amin … amin.’ Para sahabat bertanya, ‘Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?’ Kemudian, beliau bersabda, ‘Baru saja Jibril berkata kepadaku, ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati ramadhan tanpa mendapatkan ampunan,’ maka kukatakan, ‘Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua),’ maka aku berkata, ‘Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat ketika disebut namamu,’ maka kukatakan, ‘Amin.”
Bahkan mendahulukan berbakti pada orang tua lebih utama daripada jihad (kifayah). Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki menghampiri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berucap, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan berjihad dengan mengharapkan pahala dari Allah.’ Beliau bertanya, ‘Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘Ya, masih, bahkan kedua-duanya.’ Maka beliau bersabda.
فَتَبْتَغِي اْلأَجْرَ مِنَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ.
“Berarti engkau menginginkan pahala dari Allah?” Dia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda:
فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا.
“Kembalilah kepada kedua orang tuamu, lalu pergaulilah mereka dengan baik” (HR. Muslim)
Mempergauli atau berinteraksi dengan orang tua adalah seutamanya amal dalam interaksi kemanusiaan. Jangan sampai keduanya tersakiti hatinya karena perilaku kita. Suatu ketika Ada seseorang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berucap, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan membiarkan kedua orang tuaku menangis.’ Maka beliau bersabda.
اِرْجِعْ عَلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا.
“Kembalilah kepada keduanya, lalu buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis” (HR. Abu Dawud)
Bagaimana cara berinteraksi dengan keduanya yang benar ?. Yaitu tampilkan selalu wajah ceria dan tersenyum padanya, jangan selalu merengut dan bermuka masam saat dihadapannya, buatlah selalu tertawa orang tua kita melalui cerita atau tindakan kita untuk menghilangkan beban pikirannya, jangan ceritakan kesusahan padanya, jangan keraskan suara
buatlah selalu tertawa orang tua kita melalui cerita atau tindakan kita untuk menghilangkan beban pikirannya, jangan ceritakan kesusahan padanya, jangan keraskan suara dihadapan keduanya, jangan tolak keinginannya, ajaklah jalan-jalan atau makan bersama untuk membahagiakannya, jika jarak anda jauh maka hubungilah dia setiap saat sekalipun hanya untuk menanyakan kabarnya. Intinya, buatlah orang tua kita selalu bahagia.
Orang tua ibarat lembar-lembar mushaf, dibuang berdosa terlebih bila diinjak, ia harus benar-benar dijaga dan diagungkan, diletakkan ditempat yang tinggi. Janganlah ia disia-siakan karena menyiakannya sama halnya kita menyepelekan sesuatu yang mulia. Karena barang siapa yang menyepelekan kemuliaan maka dia akan juga disepelekan oleh kemuliaan untuk hadir padanya.
Jika orang tua meminta bantuan pada diri kita maka segeralah penuhi sekalipun ada orang lain yang membutuhkan diri kita atau sudah ada janji dengan orang lain, karena orang tua lebih layak didahulukan. Tidaklah pantas bagi seorang anak lebih mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan orang tuanya. Bahkan sekalipun kita sedang melaksanakan solat (sunnah) kemudian mendengar panggilan orang tua, maka memenuhi panggilan orang tua lebih utama.
Namun, diakhir zaman seperti ini tidak sedikit seorang anak menyepelekan orang tuanya dengan yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan salahnya pergaulan dan serbuan media yang banyak menampilkan pola hubungan yang longgar dari budaya barat yang bebas (liberal) yang kemudian dikonsumsi oleh anak-anak melalui berbagai media sosial (youtube dsb). Sehingga menjadikan anak-anak zaman now meremehkan orang tuanya.
Sementara apabila orang tua telah sampai pada batas ajalnya maka tidak ada lagi kesempatan bagi si anak untuk membersamainya dalam berbakti yang dapat membuatnya tersenyum kecuali hanya tersisa doa bagi kemuliaan orang tua diakhirat. Akankah kita baru akan tersadar untuk membahagiakan kedua orang tua di saat keduanya atau salah satunya telah menghadap Allah swt ?. Janganlah terlambat membahagiakan kedua orang tua kita. Selagi masih ada dan hidup, maka mari bahagiakan keduanya, buatlah tersenyum dengan cerita dan sikap kita. Muliakan dia semoga kita kelak juga dimuliakan oleh Allah swt. Dan kelak semoga anak cucu kita juga dapat memuliakan diri kita.
Semua kita berharap anak cucu keturunan kita menjadi shalih dan shalihah, untuk itu agar mereka menjadi demikian maka doakanlah selalu anak2 kita, bacakan selalu surat alfatihah untuknya dan berikanlah mereka makanan dari harta yang halal. Semoga dengan demikian anak cucu kita menjadi sebagaimana yang kita harapkan.
Semoga kita dijadikan anak yang shalih dan dikaruniai keturunan yang shalih pula. Semoga dengan keshalihan itu menjadikan kita mendapat ridho dari Allah swt. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Fisip UB, Penulis produktif dan motivator