Kanal24, Malang – Rangkaian kegiatan The 1st International Conference on Jamu and Alternative Medicine dan The 15th International Conference on Global Resource Conservation (10-11/9/2024) menjadi agenda penting dalam memperkuat posisi jamu sebagai warisan budaya sekaligus menjadikan jamu sebagai pengobatan alternatif yang relevan di era modern.
Acara yang digelar di Ijen Suites Resort and Convention Hotel Malang ini dihadiri oleh sejumlah praktisi akademik nasional dan internasional. Acara ini menggarisbawahi potensi besar Jamu dalam dunia kesehatan global, yang tidak hanya terbatas pada tradisi, tetapi juga berpotensi dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian ilmiah.
Prof.Dr.Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S.,IPU., ASEAN Eng, selaku Vice President Dewan Jamu Indonesia Jawa Timur, menjelaskan bahwa kamu bukan hanya warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menawarkan peluang besar dalam dunia kesehatan modern.
“Potensi Jamu sebagai pengobatan alternatif adalah kekayaan budaya tradisional Indonesia yang perlu terus diteliti dan dikembangkan untuk kebermanfaatan umat manusia,” ungkap Prof. Sasmito yang juga merupakan Guru Besar FMIPA UB.
Konferensi ini juga menjadi momen penting untuk menjembatani kebijaksanaan tradisional dengan penelitian ilmiah modern. Profesor Sasmito menyatakan bahwa saat ini, dunia tengah bergerak menuju pendekatan yang lebih holistik dalam perawatan kesehatan, di mana pengobatan modern mulai menerima dan mengintegrasikan praktik tradisional yang terbukti efektif.
Baca Juga : Sandiaga Uno : Jamu, Warisan Budaya dan Pengobatan Tradisional Dunia
“Konferensi ini mewakili momen penting dalam perjalanan kolektif kita, dengan mengumpulkan praktisi ahli dan cendekiawan dari latar belakang yang beragam, kita menciptakan platform yang cerah untuk berdialog, berkolaborasi, serta menciptakan inovasi,” tegasnya.
Prof. Sasmito menegaskan bahwa terdapat tiga misi utama dalam perjalanan pengembangan jamu dan obat tradisional di Indonesia.
“Pertama, melestarikan dan mempromosikan pengobatan herbal tradisional. Ini penting untuk melindungi dan mengembangkan warisan budaya jamu, serta memastikan relevansinya terus berlanjut dalam masyarakat modern,” jelasnya.
Menurutnya, misi kedua adalah mendorong inovasi dan penelitian. Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional yang kaya dengan praktik kesehatan modern, jamu bisa berkembang lebih jauh. “Kita harus berani memadukan apa yang kita ketahui dari nenek moyang dengan teknologi medis terkini agar jamu tetap relevan dan dipercaya,” tambah Prof. Sasmito.
Tidak kalah penting, ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan dan kualitas. “Memastikan keberlanjutan dan kualitas dengan mempromosikan budidaya tanaman obat yang berkelanjutan adalah langkah vital. Standar tinggi untuk keamanan dan efektivitas produk jamu juga harus ditegakkan,” tegasnya.
Ketiga misi ini, menurut Prof. Sasmito, menjadi landasan penting dalam membawa jamu ke panggung global, sebagai alternatif yang aman dan terpercaya dalam pengobatan modern tanpa meninggalkan akar tradisionalnya.
Di akhir pidatonya, ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada masing-masing partisipan yang turut berkontribusi dalam konferensi ini. “Kehadiran dan wawasan anda sangat berharga saat kita bersama-sama mengeksplorasi inovasi baru untuk kemajuan masa depan. Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat koneksi, berbagi pengetahuan, dan membangun masa depan dimana pengobatan tradisional dapat berkembang,” pungkas Prof. Sasmito. (fan)