KANAL24, Malang – Program Doktor Ilmu Ekonomi (PDIE) Fakultas Ekonomi Bisnis UB, melakukan kegiatan Curriculum Benchmarking dengan Graduate School of International Development (GSID), Nagoya University, Jepang. Kegiatan yang berlangsung pada 30 September hingga 4 Oktober 2024 ini melibatkan tiga perwakilan UB dengan ketua Dwi Budi Santoso, Ph.D, serta anggota Putu Mahardika Adi Saputra, Ph.D, dan Al Muizzuddin Fazaalloh, Ph.D. Acara ini bertempat di GSID, Nagoya University, dengan tujuan utama untuk membahas penyesuaian kurikulum serta peluang kerjasama akademik antara kedua institusi. Kegiatan tersebut disambuat baik oleh Wakil Dekan GSID Nagoya University, Professor Tetsuo Umemura, serta beberapa Professor dan staf GSID Nagoya University.
Latar belakang dari kegiatan ini adalah pentingnya pembaruan kurikulum pendidikan tinggi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kurikulum yang terus diperbarui diharapkan mampu menghubungkan profil lulusan dengan kebutuhan pasar global.
“Kami dari FEB UB melihat tantangan global yang ada sehingga kurikulum yang ada membutuhkan pembaruan agar sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan juga duani kerja,” kata Dwi Santoso dalam penjelasan tertulisnya, Rabu (23/10/2024).
Beberapa topik diskusi dalam pertemuan ini meliputi isu visa bagi mahasiswa doktoral yang ingin belajar di GSID, status mahasiswa dalam program kerjasama, beasiswa JASSO dan MEXT, serta regulasi terkait pertukaran mahasiswa antara PDIE UB dan Nagoya University. Kurikulum Program Doktor Ilmu Ekonomi (PD IE) di Universitas Brawijaya dirancang dengan 46 SKS dan menawarkan tiga minat/konsentrasi, sementara kurikulum Program Doktor Graduate School International Development (GSID) Nagoya University menawar program doktor by research dengan minimal menempuh 6 sks mata kuliah. Kolaborasi antara kedua perguruan tinggi melalui skema hibah Dosen Berkarya (Dokar) 2024 bertujuan untuk mengembangkan kurikulum bersama, memperkaya bahan ajar, dan memfasilitasi pertukaran mahasiswa. Proses penyusunan kurikulum melibatkan langkah-langkah analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut perbaikan.
“Dalam kegiatan Dosen Berkarya ini kami melakukan diskusi bersama mitra kami dari Nagoya University mengenai visa bagi mahasiswa doktoral, progtram beaiswa dan lainnya. Sehingga kami nanti dapat menyusun langkah tindak lanjut bersama fakultas,” lanjut Dwi.
Dari kunjungan tersebut, kedua belah pihak mencapai kesepakatan untuk melakukan program pertukaran mahasiswa serta joint supervision untuk ujian doktoral, di mana GSID akan menjadi penguji eksternal. Kedua institusi juga sepakat untuk mendukung inisiatif joint supervision dan pengembangan lebih lanjut dalam aspek akademik serta non-akademik bagi mahasiswa doktoral yang terlibat dalam program pertukaran ini.
“Dari diskusi tadi kami mencapai beberapa kesepakatan dalam program pertukaran mahasiswa dan supervisi untuk ujian doktoral. Hasil positif ini tentunya kami harapkan dapat menjadi kemajuan yang berarti bagi FEB UB,” pungkas Dwi. (sdk)