Kanal24, Malaka – Kapitan Meo, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi tempat uji coba budidaya jagung unggul oleh tim Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) yang dipimpin oleh Dr. Budi Waluyo, SP., MP. Berkolaborasi dengan warga transmigran, mahasiswa, serta dukungan pemerintah daerah, mereka mengembangkan Jagung Raja R7 di lahan seluas satu hektar dengan tujuan mengoptimalkan potensi lahan transmigrasi dan mendukung kemandirian pangan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Jagung Raja R7 merupakan varietas unggulan hasil kerjasama Universitas Brawijaya (UB) dengan perusahaan swasta yang memiliki produktivitas tinggi. Varietas ini dikenal mampu menghasilkan rata-rata 12 ton jagung per hektar.
Selain sebagai bahan pangan, jagung ini juga berfungsi sebagai pakan ternak dan bahan silase, dengan potensi produktivitas silase mencapai 35-40 ton per hektar. Varietas ini dinilai sangat cocok untuk dikembangkan di wilayah Kapitan Meo yang memiliki kondisi lahan subur namun terbatas dalam hal pengairan.
Dr. Budi Waluyo menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya percepatan kemandirian masyarakat transmigran.
“Diskusi kami dengan Kepala Dinas Pertanian Malaka menghasilkan target produktivitas 12 hingga 16 ton per hektar. Dari uji coba di beberapa daerah, hasil yang dicapai sangat menjanjikan, yakni 16 ton per hektar dengan pemberian pupuk yang cukup,” ujar Dr.Budi.
Ia menambahkan, jika produktivitas tersebut tercapai, wilayah Kapitan Meo berpotensi menjadi salah satu pusat pengolahan jagung yang berdampak signifikan bagi masyarakat. Selain itu, silase yang dihasilkan dapat mendukung kebutuhan pakan ternak lokal.
Pemilihan Kapitan Meo sebagai lokasi uji coba bukan tanpa alasan. Meskipun memiliki sumber daya alam yang baik dan tanah yang subur, daerah ini masih menghadapi keterbatasan dalam hal pengairan. Oleh karena itu, pengembangan Jagung Raja R7 dilakukan dengan memanfaatkan musim hujan agar hasil optimal dapat diperoleh.
“Dengan pengelolaan yang baik, wilayah ini berpeluang menjadi pusat produksi jagung unggul dan mendukung industri pangan dan peternakan di daerah perbatasan,” tambah Dr. Budi.
Selain tim dari UB, kegiatan ini juga melibatkan pihak Universitas Nusa Cendana (Undana), serta Dinas Transmigrasi dan Pertanian Kabupaten Malaka. Program ini merupakan bagian dari Program Dana Padanan 2024 – Kedaireka yang bertajuk “Percepatan Kemandirian Masyarakat Transmigran Melalui Optimalisasi Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Jagung Raja R7 di Kawasan Transmigrasi Perbatasan Indonesia-Timor Leste”. Program ini diketuai oleh Dr. Ir. Panji Deoranto, STP., MP., dengan anggota tim yang terdiri dari para akademisi terkemuka seperti Dr. Budi Waluyo, Dr. nat.techn. Sudarma Dita Wijayanti, Dr. Ida Nurwiana, Dr. Ir. Alfred O.M. Dima, dan Dr. Ir. Johana Suek.
Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan budidaya jagung, tetapi juga mencakup pengolahan dan pemasaran komoditas agar masyarakat transmigran di Kapitan Meo dapat mandiri secara ekonomi. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, program ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal serta membuka peluang ekonomi baru bagi kawasan transmigrasi di perbatasan.
Dengan produktivitas Jagung Raja R7 yang tinggi, program ini berpotensi menciptakan rantai nilai baru di sektor pertanian dan peternakan, serta menjadikan wilayah Kapitan Meo sebagai model pengembangan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan. Melalui kerja sama antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, kemandirian ekonomi di daerah perbatasan diharapkan dapat tercapai dengan lebih cepat. (zma/nid)