KANAL24, Blitar – Dosen muda Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, yang terdiri dari Arif Delviawan, S.Hut., M.Agr., Ph.D, Dr. Yulia Amirul Fata, S.T., M.Si, Rifqi Rahmat Hidayatullah, S.Hut., M.Si, Mashlahatul Umami, S.Hut., M.For.Ecosys.Sc, Ir. Mokhamad Asyief Khasan Budiman, S.Hut., M.Si, dan Erekso Hadiwijoyo, S.Hut., M.Si, memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan hutan buatan di Desa Serang, Kabupaten Blitar melalui Program Pengabdian Masyarakat, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Kegiatan pengabdian ini, yang berlangsung selama 4 bulan dari bulan Agustus hingga November 2023, mencakup Penguatan Kelembagaan, Pengenalan Jenis dan Etnobotani Tumbuhan Penyusun Hutan Buatan, Pengelolaan Sumber Air dan Kearifan Masyarakat sebagai Socio-Bio Indikator Keberhasilan Arboretum, Pengembangan Sistem Barcode dalam Pengenalan Jenis Pohon, Mengenal Jasa Lingkungan dari Hasil Hutan Bukan Kayu dan Pendidikan Konservasi Usia Dini Pada Anak Sekolah Dasar. Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan bersama dengan Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HMKT) yang juga sedang melaksanakan program kerja Environmental Conservation.
Desa Serang berlokasi di Blitar Selatan yang merupakan Kawasan Karst yang beberapa tahun terakhir mengalami penggurunan (desertification). Pembangunan hutan buatan dilakukan di tanah bengkok seluas 2 ha, sebelumnya digunakan untuk pertanian jagung. Arboretum ini juga berfungsi sebagai sarana pengoleksian jenis pohon lokal yang terancam punah di lokasi tersebut.
Dwi Handoko, Kepala Desa Serang, menyatakan optimisme terhadap keberhasilan pengembangan arboretum ini. Menurutnya, bibit yang digunakan sudah cukup dewasa dengan tinggi lebih dari 2 meter, dan kerja sama ini akan memperhatikan aspek ekologis dan ekonomis.

“Semoga kegiatan yang konsisten ini, yang sudah 2 tahun berjalan mampu terus berjalan, dan kita kembangkan selain sebagai area koleksi tumbuhan langka lokal, juga akan dikembangkan untuk dapat memiliki persemaian modern, area pembuatan pupuk organik, dan menjadi bagian dari ekowisata yang akan diintegrasikan dengan objek daya tarik wisata lain yang ada di Desa Serang ini,” ujarnya.
Jenis pohon yang ditanam di hutan buatan meliputi Legaran (Alstonia spectabilis), Salam (Syzygium polyanthum), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Ilat ilatan (Ficus Callusa), Pulai (Alstonia scholaris), Jambu air (Syzygium aqueum), Keben (Barringtonia asiatica), Kayu lanang (Oroxylum indicum), dan Keluwek (Pengium edure) dengan total jumlah 100 bibit.
Rifqi, perwakilan dari dosen Program Studi Kehutanan, menjelaskan bahwa pembangunan hutan buatan ini merupakan upaya Universitas Brawijaya untuk mendukung target Program FOLU Net Sink 2030 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. FOLU Net Sink 2023 adalah bagian dari implementasi NDC (Nationally Determined Contributions), sektor Forest and Other Land Use (FOLU) atau sektor kehutanan dan lahan, yang diyakini menjadi sektor andalan Indonesia dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Rifqi menambahkan bahwa FOLU Net Sink 2030 adalah kondisi di mana tingkat serapan karbon sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030, dengan empat strategi utama: menghindari deforestasi, konservasi dan pengelolaan hutan lestari, perlindungan dan restorasi lahan gambut, serta peningkatan serapan karbon. Diharapkan pengembangan arboretum ini tidak hanya memberikan manfaat lokal tetapi juga menjadi langkah positif dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional.(sdk)