Kanal24, Malang – Sebagai upaya memberikan kesadaran tentang emosi sedari dini pada anak, Dosen Psikologi Universitas Brawijaya (UB) memberikan pengetahuan pada anak-anak usia 4-5 tahun di TK Permata Iman II mengenai Strategi Regulasi Emosi pada anak melalui kegiatan Pengabdian Masyarakat.
Dita Rachmayani, S.Psi., M.A., Dosen Psikologi UB yang menjalankan kegiatan ini menyampaikan bahwa salah satu strategi regulasi emosi negatif yang dikenalkan pada anak bertujuan untuk menerima perasaan emosi tersebut dan memberikan validasi pada perasaan tersebut, bukan malah mengabaikan dan mengalihkan perasaannya.
“Ketika anak marah atau sedih itu tidak divalidasi, justru malah ya udah jangan marah gitu. Malah kemudian anak akhirnya menekan emosi negatif tersebut. Padahal kalau ditekan itu justru akan berdampak negatif pada anak tersebut. Sehingga dengan adanya edukasi regulasi emosi ini diharapkan mereka dapat mencoba berfikir kembali, sebenarnya ancaman-ancaman itu nyata atau nggak. Atau sebenarnya mereka mampu untuk menghadapi emosi negatif tersebut. Bukan berarti kemudian diabaikan atau dialihkan akan tetapi ya itu memang disadari emosinya, ” tutur Dita kepada Kanal24 (28/3/2024).
Metode yang digunakan dalam pengajaran kali ini berupa pretest dan juga bahan ajar berupa video edukasi.
“Jadi pretest itu kan ditanyakan dulu yang biasa mereka lakukan ketika mereka merasa sedih? Atau merasa marah, merasa takut. Apakah kalau merasa sedih mereka akan diam saja, mereka lari ke ibunya, atau mereka berpikir itu sebenarnya sedihnya karena apa, apakah itu wajar atau nggak seperti itu. Setelah itu diberikan video. Video ini adalah bentuk edukasi kami gitu ya. Karena anak-anak sekarang itu kan memang lebih mudah untuk memahami informasi melalui video,” Dita menjelaskan.
Dita berharap anak-anak tidak hanya sekedar memahami materi, tetapi juga dapat benar-benar melakukan strategi regulasi emosi yang tepat ketika mereka menghadapi keadaan yang memicu munculnya emosi negatif.
“Sekolah sendiri kan sudah ada kompetensi untuk meningkatkan kompetensi sosial-emosional, dimana anak-anak itu harapannya lebih mampu memahami diri sendiri, memahami orang lain, menumbuhkan rasa empati dan sebagainya,” kata Dita.
Dita menuturkan bahwa dengan adanya strategi regulasi emosi pada anak ini akan tumbuh peningkatan pemahaman terhadap emosinya. Harapannya ke depan anak-anak akan diberikan pelatihan untuk meregulasi emosi tersebut dalam situasi yang nyata seperti yang biasa mereka hadapi. (skn/erf)