KANAL24, Malang – Taliban yang secara De Facto berhasil menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul, sejak 15 Agustus 2021 kemarin menimbulkan perhatian dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia berhasil melakukan evakuasi 26 orang warga negara Indonesia (WNI) dan 7 orang warga negara asing (WNA) pada 21 Agustus 2021. Lantas, bagaimana hubungan diplomatik antara Afghanistan dan Indonesia ? Pakar Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Adhi Cahya Fahadayna, S.Hub.Int., M.S saat dihubungi kanal24.co.id, menceritakan kembali bagaimana hubungan antara Indonesia dan Afghanistan.
Hubungan antara Indonesia dengan Afghanistan mulai kelihatan di era Presiden Joko Widodo, yang mana di tahun 2018 Jokowi sempat berkunjung ke Afghanistan. Kebetulan, Afghanistan sedang merumuskan rumusan tentang dasar negara, filosofi kenegaraan dan mencari bentuk bagaimana menempatkan islam terhadap sistem pemerintahan. Beberapa tokoh dari Indonesia didatangkan ke Afghanistan untuk mengadakan pelatihan, menjelaskan bagaimana hubungan islam dan negara di Indonesia, bagaimana pancasila di Indonesia. Hal ini cukup menjadi kontribusi dari Indonesia untuk Afghanistan, namun kenyatannya kontribusi buat Indonesia juga tidak memberikan dampak yang cukup signifikan karena setelah kebijakan Presiden Joe Biden yang menarik mundur pasukan Amerika, ternyata semangat juang dan semangat nasionalisme yang dibangun di negara tersebut masih belum tumbuh.
“Jadi apa yang terjadi di Afghanistan hari ini adalah cerminan dari rakyat yang hopeless atau tidak punya pandangan lagi bagi negaranya, bagaimana masa depan negaranya,” katanya, Jumat (20/8/2021).
Saat ini, banyak warga Afghanistan yang pergi meninggalkan negaranya termasuk Presiden Ashraf Ghani. Ini menjadi gambaran sejauh mana nasionalisme berkembang di Afghanistan. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan besar, adakah manfaat pelatihan yang diberikan Indonesia kepada Afghanistan tentang nasionalisme, ideologi negara, serta tentang islam dan negara.
Pemerintah Indonesia juga dinilai sedang berhati-hati. Terminologi atau pengertian mayoritas orang Indonesia termasuk pengambil kebijakan di Indonesia melihat Taliban lebih kepada organisasi ekstrim kanan, organisasi yang cukup berbahaya. Taliban yang telah menguasai ibu kota kemudian mengambil alih pemerintahan dan kondisi di negara tersebut yang masih fluktuatif, tentu saja membuat Pemerintah Indonesia memprioritaskan langkah bagaimana untuk menghentikan sementara hubungan diplomatik, salah satunya dengan proses evakuasi WNI dari Afghanistan.
“Sampai hari ini yang diakui dunia internasional adalah Republik Islam Afganistan yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani. Tergambar pesimisme ketika Afghanistan jatuh ke Taliban, saya melihat sikap Indonesia juga pesimis karena yang kita tahu Taliban itu memang model pemerintahannya cukup ekstrim walaupun di siaran pers terakhir mengatakan kalau mereka berubah, tapi ini belum nampak, dan ini belum bisa meyakinkan dunia sampai ada perubahan yang bisa dilihat di Afghanistan,” tandasnya. (Meg)