Kanal24, Malang – Eksil, film dokumenter karya Lola Amaria yang telah tayang di bioskop sejak 1 Februari 2024 lalu menyedot banyak perhatian. Film ini menceritakan kisah pilu 10 eksil atau mereka yang diasingkan.
Mereka adalah cendekiawan Indonesia yang mendapatkan beasiswa untuk sekolah ke luar negeri pada masa Presiden Soekarno di Uni Soviet dan China pada tahun 1962-1963. Namun pada akhirnya, mereka diasingkan oleh negaranya serta keluarganya sendiri.
Film ini berhasil menyabet penghargaan Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.
“Di Luar negeri menjadi orang tanpa kewarganegaraan selama 34 tahun” ungkap salah seorang eksil dalam cuplikan Official Trailer yang diunggah di Youtube pada 11 Januari 2024 lalu lewat akun Youtube Lola Amaria Production.
Para eksil ini terjebak dan tidak bisa pulang akibat peristiwa G30SPKI pada era Orde Baru semasa Presiden Soeharto menjabat. Sepuluh orang mahasiswa ini adalah Alm. Asahan Aidit, Alm. Chalik Hamid, Alm. Kusian Budiman, Alm. Sardjio Mintardjo, Hartoni Ubes, I Gede Arka, Kartaprawira, Sarmadji, Tom Iljas, Waruno Mahdi.
Lola Amaria sebagai produser dan sutradara berhasil menghadirkan sosok pelaku sejarah yang bersedia mengenang rasa sakit melalui Film Eksil.
Mereka dianggap sebagai orang-orang yang dekat dengan PKI dan paham kiri atau komunisme. Paspor dan kewarganegaraan Indonesia mereka dicabut secara paksa, mereka merasa takut dan dihantui oleh banyak mata-mata. Film dengan durasi 119 menit ini sukses membuat hati penontonnya tersentuh dengan kisah yang dituliskan oleh Lola Amaria dan Gunawan Rahardja.
“Ketika saya sekolah SD, SMP, SMA, itu kan selalu ada brainwash. Kemudian hanya satu sisi, sebelahnya tidak pernah dikasih tau. Saya memberanikan diri lah untuk punya konsep membuat dokumenter tentang mereka,” tutur Lola melalui akun Instagram pribadinya.
Proses pembuatan film ini memakan waktu selama 7 tahun akibat narasumber yang telah menginjak usia senja. Film ini juga tidak menggunakan banyak bumbu-bumbu dramatis. Kisah yang diceritakan, intonasi suara, serta mimik wajah para eksil sudah mampu menyajikan kepiluan yang mendalam kepada penonton.
Diperlakukan secara tidak adil, para eksil ini tidak menyimpan dendam pada pemerintah. Mereka hanya berharap mendapatkan keadilan yang selayak-layaknya. Namun belum sempat keadilan itu terwujud, lima diantara mereka telah menyerah karena usia.
Menyimpan sisi gelap sejarah Bangsa Indonesia, Film Eksil tayang terbatas di beberapa bioskop di tanah air. Muncul dugaan sabotase ketika penayangan Film Eksil di Jakarta Selatan pada Senin (5/2/2024) membuat film ini semakin ramai dibicarakan di platform X.
Tak hanya itu, acara nonton bareng (nobar) Film Eksil di Samarinda pada Kamis (22/2/2024) juga terpaksa batal akibat larangan yang diberikan oleh pihak kepolisian setempat. Hal ini semakin membuat masyarakat penasaran dengan isi film tersebut.
Di Kota Malang Film Eksil masih diputar di Cinepolis Malang Town Square. (Erf/din)