Kanal24, Malang – Dr. Eng. Ir. Herry Santosa, ST., MT., IPM, dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan FTUB, tengah mengembangkan inovasi terapan berupa aplikasi bernama Archive (Arsip). Aplikasi ini memanfaatkan teknologi Augmented Reality untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya di Kampung Heritage Kayutangan, Malang.
Dikembangkan sejak 2018, proyek ini mendapat dukungan dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) pada tahun 2024. Aplikasi Arsip menghadirkan informasi digital terkait sejarah dan arsitektur bangunan kolonial di Kayutangan, yang dikemas menarik melalui fitur Augmented Reality (AR), pemodelan 3D, dan platform interaktif berbasis web.
Kayutangan dikenal sebagai salah satu kawasan bersejarah di Malang dengan koleksi rumah-rumah kolonial yang masih terawat. “Melalui aplikasi ini, kami ingin menghadirkan pengalaman eksplorasi digital bagi wisatawan domestik dan mancanegara, sekaligus memberikan wawasan tentang sejarah tiap bangunan,” jelas Dr. Herry.
Aplikasi ini memuat cerita sejarah yang dikemas menggunakan teknologi storytelling berbasis avatar. Dengan memindai marker di lokasi, pengguna dapat berinteraksi langsung dengan avatar virtual yang menceritakan sejarah bangunan tertentu. Tidak hanya itu, teknologi ini juga terintegrasi dengan situs web, memungkinkan akses informasi awal meskipun pengguna tidak berada di lokasi.
“Selain informasi sejarah, kami juga mengembangkan fitur pemodelan 3D menggunakan platform Cesium, yang memungkinkan pengguna mengeksplorasi detil arsitektur setiap bangunan kolonial di Kayutangan secara lebih mendalam,” tambah Dr. Herry.
Proyek ini melibatkan kolaborasi antara berbagai departemen di Universitas Brawijaya, termasuk Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Fakultas Ilmu Komputer, dan Fakultas Vokasi. Aplikasi ini juga menggandeng mitra eksternal, seperti perusahaan teknologi lokal Worktagon, untuk memastikan pengembangan aplikasi berjalan optimal.
Selain itu, proyek ini melibatkan para pemangku kepentingan, seperti Bappeda Kota Malang dan Kelompok Sadar Wisata Kampung Kayutangan, dalam proses uji coba dan pengumpulan masukan. Salah satu tujuan utama adalah menjadikan aplikasi ini alat edukasi dan promosi yang berkelanjutan untuk mendukung pelestarian budaya.
Saat ini, aplikasi Arsip tengah memasuki tahap akhir pengujian. Tim pengembang menargetkan aplikasi ini siap dirilis di Google Play Store dalam dua bulan ke depan. Dalam pengembangan lebih lanjut, aplikasi ini diharapkan dapat mencakup seluruh kawasan heritage di Kayutangan dan sekitarnya, dengan fitur tambahan seperti sistem manajemen kunjungan berbasis koin untuk mendukung pengelolaan wisata.
“Harapannya, aplikasi ini dapat menjadi model pelestarian digital yang mampu mengintegrasikan teknologi modern dengan kekayaan budaya lokal, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata di Malang,” tutup Dr. Herry.
Aplikasi Arsip bukan hanya alat eksplorasi digital, tetapi juga wujud nyata kolaborasi multidisiplin yang mendukung pelestarian sejarah dan promosi budaya untuk generasi mendatang. (nid/una)