Kanal24, Malang– Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) terus berinovasi dengan mengembangkan produk unggulan berbasis herbal bernama UB Feed Herbal. Produk ini merupakan pakan imbuhan untuk ternak unggas yang menggunakan teknologi fermentasi dan teknologi nano untuk menggantikan peran antibiotik, yang kini telah dilarang penggunaannya pada hewan ternak.
Prof. Muhammad Halim Natsir, salah satu peneliti utama dari UB Feed Herbal, menjelaskan bahwa inovasi ini lahir dari hasil penelitian yang telah dilakukan sejak 2023.
“Kami mengombinasikan tiga bahan herbal utama, yaitu jahe, kunyit, dan daun jati, yang diekstraksi dan difermentasi dengan teknologi canggih. Proses fermentasi dihentikan di titik tertentu agar manfaat herbal tetap optimal tanpa menimbulkan efek negatif,” tutur Prof. Halim kepada Kanal24 (20/2/2025).
Produk ini hadir dalam dua bentuk, cair dan tepung, untuk menyesuaikan kebutuhan peternak. “Bentuk cair lebih praktis untuk dicampurkan ke air minum ternak, meskipun efektivitasnya bisa dipengaruhi oleh kualitas air. Sementara bentuk tepung lebih stabil untuk lingkungan dengan air yang kurang ideal,” tambahnya.
Efektivitas UB Feed Herbal Diuji di Lapangan
UB Feed Herbal telah diuji coba pada berbagai jenis unggas, termasuk 6.000 ekor ayam pedaging, 3.000 ayam pejantan, dan 1.000 ayam petelur. Hasilnya menunjukkan peningkatan efisiensi pakan dan kesehatan unggas.
“Peningkatan berat badan ayam pedaging standar yang biasanya 2,2 kg, kini dapat mencapai 2,4 kg. Selain itu, konversi pakan (Feed Conversion Ratio/FCR) juga lebih efisien, dari 1,42 menjadi 1,39. Semakin rendah FCR, semakin baik efisiensi pakan,” ungkap Prof. Halim.
Meski demikian, UB Feed Herbal saat ini hanya digunakan di lingkungan internal karena izin edar masih dalam proses. Produk ini telah didaftarkan melalui Next Gen dan sedang dalam proses sertifikasi untuk memastikan keamanan dan standarnya sebelum dipasarkan lebih luas.
Tantangan Produksi dan Dukungan Universitas
Salah satu kendala yang dihadapi Fapet UB dalam mengembangkan produk ini adalah fasilitas produksi yang belum memadai untuk memenuhi standar sertifikasi.
“Kami berharap hibah selanjutnya dapat memfasilitasi pengadaan ruang produksi yang layak. UB harus berani memproduksi sendiri produk ini, meskipun kami juga terbuka untuk bekerja sama dengan pihak industri seperti PT Juara Agro yang siap membantu pemasaran,” kata Prof. Halim.
UB Feed Herbal juga telah memperoleh dua paten, yaitu paten ekstraksi dan fermentasi, serta paten terkait teknologi nano. “Ini adalah bukti keseriusan kami untuk menjadikan UB Feed Herbal sebagai inovasi unggulan yang berdaya saing tinggi,” tambahnya.
Potensi Pengembangan UB Feed Herbal
Dengan proses pengembangan yang terus berlanjut, UB Feed Herbal berpotensi menjadi solusi pakan ternak berbasis herbal yang efisien dan ramah lingkungan. Harapannya, produk ini dapat diproduksi secara massal oleh Universitas Brawijaya dan menjadi salah satu kebanggaan inovasi UB di kancah nasional maupun internasional.
“Kami tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengedukasi peternak tentang manfaat penggunaan pakan herbal untuk kesehatan ternak dan efisiensi produksi,” tutup Prof. Halim.
Melalui inovasi UB Feed Herbal, Fapet UB tidak hanya menunjukkan komitmennya terhadap penelitian berkelanjutan, tetapi juga memberikan kontribusi bagi industri peternakan unggas Indonesia. (din)