KANAL24, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2019 (2Q19) sebesar 5,04 persen (YoY). Perlambatan secara tahunan dan kuartalan sebagian besar karena faktor lesunya investasi.
“Target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2 persen tampaknya sulit tercapai,” ujar Analis Indo Premier Sekuritas, Agnes Samosir seperti dikutip dari risetnya.
Menurutnya pertumbuhan ekonomi pada 2Q19 tersebut sesuai konsensus para analis. Dalam 10 tahun terakhir, lebih sering daripada tidak, secara histories pertumbuhan ekonomi 2Q biasanya lebih tinggi dari 1Q.
Sayangnya, kata Agnes, investasi (dari sudut pandang pengeluaran) adalah biang keladi lambatnya ekonomi tahun ini. Sedangkan dari sudut pandang produksi, manufaktur, agrikultur, perdagangan ritel, serta konstruksi yang berkontribusi 56 persen terhadap ekonomi, proporsinya kurang terhadap pertumbuhan total. Sementara pertumbuhan yang lebih tinggi di sektor produksi di antaranya jasa (10,7%), jasa bisnis (9,9%), komunikasi dan informasi (9,6 persen).
“Lesunya pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua terkait minimnya kontribusi dari investasi,” tambah Agnes. Kata dia, hal ini karena terdapat pembentukan modal yang tumbuh secara moderat, Selain itu terdapat pengurangan persediaan secara tahunan.
Lebih lanjut menurut dia, pembentukan modal masih kontributor penting terhadap GDP yang tercatat tumbuh 5 persen dan berkontribusi 31% terhadap pertumbuhan pada 2Q.
Sebaliknya, pertumbuhan pengeluaran rumah tanggan tumbuh 5,1 persen, lebih baik dari perkiraan (rata-rata 5 tahun sebesar 5,1 persen).
“Kami jga melihat upaya pemerintah untuk mengurangi impor saat naiknya kekhawatiran terhadap neraca perdagangan telah bermanfaat,” sebutnya.
Hal ini sebagaimana terlihat pada kontribusi net ekspor terhadap GDP naik 19 persen (dari sebelumnya -22 % pada 2Q18).,sebagian besar karena impor turun 6,7 persen (YoY) dan membaiknya ekspor ( -1,8% YoY).
“Meskipun demikian Kami memandang pudarnya impor ke depannya akan menekan ekspor dan investasi,” katanya.
Pertumbuhan terkini yang dibukukan rata-rata 5,06 persen (YoY) di semester pertama 2019 (1H1() dibandingkan dengan periode 1H18 rata-rata sebesar 5,17 persen. Ini menempatkan target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2 persen pada 2019 dalam tantangan.
“Kami merevisi turun proyeksi pertumbuhan tahun 2019 sebesar 5,21 persen karena Kami lihat terdapat risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” kata Analis Indo Premier tersebut.
Menurutnya pertumbuhan nominal secara tahunan (YoY) sebesar 7,6 persen (vs 1Q18 sebesar 9,5% ; rata-rata 1H19 sebesar 7,6%) dan pelemahan demand domestik mungkin akan menjadi tekanan di waktu-waktu ke depan. (sdk)