Kanal24, Malang – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan acara bertajuk Gema Dialektika dengan tema “Apakah Feminisme Sebagai Solusi atau Ancaman untuk Mewujudkan Kesetaraan Gender?” Acara ini diselenggarakan pada Jumat (30/08/2024), di Lapangan Basket FPIK UB, dengan tujuan membahas dan mendiskusikan berbagai perspektif tentang feminisme serta perannya dalam upaya mencapai kesetaraan gender.
Cleodora Cinta Perbina Sitepu, selaku Ketua Pelaksana Gema Dialektika, menjelaskan bahwa latar belakang diadakannya acara ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya di lingkungan kampus, mengenai pentingnya memahami kesetaraan gender dan isu-isu feminisme.
“Kami ingin membuka kesadaran bahwa dunia ini penuh dengan pandangan yang berbeda-beda, termasuk dalam hal perjuangan feminis dan anti-feminis. Dengan memahami kedua sisi tersebut, diharapkan kita bisa mendapatkan perspektif yang lebih luas dan mendalam,” ujar Cleodora.
Sementara itu, Ridha Nur Sabila, Menteri Kementerian Pemberdayaan Perempuan Progresif BEM FPIK UB 2024, menambahkan bahwa acara ini menargetkan mahasiswa serta civitas akademika yang tertarik untuk memperdalam pengetahuan mereka mengenai feminisme.
“Melalui diskusi ini, kami berharap peserta dapat lebih memahami posisi mereka terkait feminisme, baik yang pro maupun kontra, serta melihat berbagai kelebihan dan kekurangannya dari sudut pandang yang berbeda,” jelas Ridha.
Acara ini melibatkan sejumlah pihak yang berperan penting dalam menyukseskan diskusi, antara lain Duta Lingkungan Hidup FPIK UB sebagai moderator, Lintang Gurat Jingga serta dua narasumber utama, yakni Ruci Primaharani, Paralegal Pendamping Korban Kekerasan Women Crisis Centre Dian Mutiara Parahita yang mewakili perspektif pro-feminis dan Aquarina Kharisma Sari sebagai President of Malang Women Writers Society, Anti-Feminism yang mewakili perspektif anti-feminis.
Ridha menyatakan harapannya bahwa melalui diskusi ini, peserta dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang feminisme dan kesetaraan gender, serta dapat lebih yakin dalam menentukan posisi mereka terkait isu-isu tersebut.
“Dalam acara ini, kita tidak hanya mendengarkan pandangan dari para ahli, tetapi juga membuka ruang bagi setiap peserta untuk mengemukakan pendapat mereka. Ini penting agar kita bisa melihat isu feminisme dari berbagai sudut pandang, dan akhirnya, peserta dapat memutuskan sendiri apakah mereka pro atau anti feminisme, dengan pemahaman yang lebih lengkap,” pungkas Ridha.
Acara yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Brawijaya, menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap isu-isu kesetaraan gender. Gema Dialektika diharapkan menjadi langkah awal bagi BEM FPIK UB dalam menginisiasi lebih banyak diskusi kritis yang dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungan kampus dan masyarakat luas. (nid/sil)