Kita tahu bahwa generasi yang terbaik ummat ini adalah para sahabat nabi, khususnya dikalangan muhajirin dan anshar. Dan diantara keduanya maka muhajirinlah yang lebih utama. Hal ini karena kalangan muhajirin adalah sahabat yang semenjak awal mendapatkan terpaan pembinaan langsung dari Rasulullah saw. Lalu apa yang dilakukan oleh nabi hingga mereka mampu menjadi ummat yang terbaik ?
Dalam banyak catatan sejarah, periode dakwah nabi di makkah di bagi dalam 2 periode besar, yaitu dakwah secara sirr (sembunyi-sembunyi) dan dakwah jahr (terang-terangan). Dakwah sirr dilakukan sebab kondisi awal yang dianggap sangat berbahaya karena ketidaksiapan masyarakat dalam menerima dakwah perubahan. Pada tahap ini nabi melakukan dakwah dengan tujuan untuk melakukan pembinaan kepada para sahabat assabiqunal awwalun. Dengan cara apa nabi melakukan dakwah tahap sirr ini?. Tentu tidak dengan cara pengajian umum atau cangkruan minum kopi, namun pada tahap dakwah ini Rasulullah melakukan pembinaan intensif dalam kelompok kecil secara berhalaqah di rumah al arqam bin abi al arqam.
Demikian pula penggunaan istilah halaqah juga dipergunakan oleh nabi dalam menjelaskan tentang aktivitas ibadah dzikir. Sebagaimana dalam sabdanya :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.”
Bahkan terkait halaqah dzikir ini memiliki keutamaan yang luar biasa, sebagaimana sabda nabi :
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya. (HR Muslim, no. 2700)
Majelis dzikir yang dimaksud diatas termasuk dalam pengertiannya adalah majelis ilmu sebagaimana dipahami oleh kebanyakan para ulama. Dari berbagai penjelasan di atas bahwa tidak ada yang salah dalam konsep pembinaan ummat dengan model halaqah, ataupun istilah halaqah itu sendiri sehingga jangan sampai kita saat ini menyalahkan atau melakukan demonologisasi (penyetanan) atas konsep halaqah tersebut. Namun sekiranya dalam realitas terakhir ada kelompok yang menggunakan istilah tersebut dan kemudian dianggap kurang tepat, maka bukanlah berarti istilah halaqah yang digunakan oleh nabi dalam menjelaskan cara dalam melakukan pembinaan ummat menjadi dijelekkan pula, tentu hal ini adalah sebuah tindakan yang juga sangat kurang tepat.
Janganlah sebuah konsep yang digunakan oleh nabi pada awalnya sangat baik lalu kemudian dirusak hanya sebab sebuah realitas keummatan. Disinilah setiap kita harus bijak mensikapi realitas. Jangan karena tidak suka atas suatu rasa minuman, lalu wadah yang dibuang ?. Tentu ini adalah sebuah tindakan kebodohan.
Semoga kita diberi kemampuan untuk bersikap bijak atas berbagai perbedaan dan dilindungi penyakit ghil atas sesama kaum muslimin serta diberi bimbingan oleh Allah swt untuk mampu menguatkan ukhuwah islamiyah. Semoga Allah swt mengampuni dosa kita dan mendapatkan ridhoNya. Aamiiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen FISIP UB dan Motivator