KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan Mei 2019 kemarin sebesar 0,68 persen. Sementara untuk inflasi tahun kalender (year to date / ytd) sebesar 1,48 persen. Kemudian untuk inflasi tahunan (year on year / yoy) sebesar 3,32 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan dari 82 kota IHK (indeks harga konsumen) yang disurvey oleh BPS, sebanyak 81 kota IHK terjadi inflasi, sedangkan satu kota deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,91 persen dan terendah terjadi di Kediri sebesar 0,05 persen. Sementara deflasi hanya terjadi di Merauke sebesar 0,49 persen.
Meski inflasi pada Mei 2019 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,44 persen, namun diklaim masih tetap terkendali. Di bandingkan bulan Mei tahun 2017 juga lebih tinggi yang hanya tercatat 0,21 persen. Namun karena target pemerintah inflasi sebesar 3,5 persen plus minus satu persen, maka secara umum masih aman karena masih jauh dari ambang batas target yang ditetapkan.
Terkait dengan penyebab inflasi pada Mei 2019 tersebut, Kecuk (sapaan akrab Suhariyanto) menyebutkan karena faktor bahan makanan. Andil bahan makanan terhadap inflasi sebesar 0,43 persen. Selain itu adalah makanan jadi dan kelompok transportasi yang masing-masing memberikan sumbangsih terhadap inflasi sebesar 0,10 persen.
“Bahan makanan inflasinya 2,02 persen andilnya pada inflasi 0,43 persen. Komoditas yang dominan memberikan inflasi adalah kenaikan cabe merah, daging ayam ras, bawang putih dan ikan segar,” kata Kecil dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2019)
Dikatakannya inflasi yang terjadi pada bulan Mei ini situasinya agak berbeda dengan bulan Mei di tahun 2017 dan 2018. Pasalnya pada awal Mei 2019 terdapat fenomena puasa ramadhan. Sementara di bulan Mei tahun 2017 dan 2018, puasa ramadhan baru terjadi pada akhir-akhir bulan. Akibat dari situasi ini maka inflasi pada saat momentum puasa ramadhan akan menumpuk di bulan Mei 2019 saja.
“Situasi inflasi Mei 2019 tidak bisa bandingkan secara langsung karena 2017 dan 2018 puasanya hanya separuh jadi puncaknya di Juni (inflasi), sedangkan pada Mei 2019 puasa di awal bulan jadi dimungkinkan pada Juni mendatang inflasi akan jauh lebih rendah,” pungkasnya. (sdk)