Penulis : Rosatina JN – Asisten Peneliti INDEF
Indonesia resmi resesi dengan pertumbuhan kuartal ekonomi yang terkontraksi secara dua kali berturut-turut. Tercatat Produk Domestik Produk (PDB) pada kuartal II-2020 sebesar minus 5,32 persen dan pada kuartal III-2020 kembali minus 3,49 persen. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia menjadi negara yang cukup tangguh karena hanya terperosok dalam satu digit.
Penerapan stimulus fiskal dan peran dari instrumen APBN yang diambil berdampak positif baik dari sisi pengeluaran maupun dari sisi konsumsi pemerintah. Pada sisi pengeluaran dan konsumsi pemerintah, tercatat realisasi belanja negara melonjak pada kuartal-III sebesar 9.76 persen yoy.
Sayangnya pengumuman ini sudah diprediksi oleh semua pihak dari jauh-jauh hari. Masyarakat meyakini dengan optimis bahwa Indonesia akan terkena resesi.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah membuat Sri Mulyani mengambil langkah taktis dalam merombak strategi pertumbuhan ekonomi dan mendorong investasi. Kebijakan yang tercipta secara pintas dan singkat selama periode kuartal-III membuahkan hasil hingga pengumuman resesi tidak terlalu berdampak chaos dalam kehidupan bernegara.
Dibuktikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kamis (5/11) yang menguat pada level 5.250.32 atau melejit 3.04 persen. Semua sektor terpantau menguat dan dipimpin oleh sektor infrastuktur dan keuangan yang masing-masing naik sebesar 4.67 persen dan 4.31 persen. Selain itu tercatat net buy oleh investor asing sebesar Rp711,22 Miliar.
Selain itu, data secara triwulan menunjukkan bahwa komponen konsumsi rumah tangga mulai membaik meskipun masih bertengger pada zona negatif yaitu minus 4.04 persen dibanding kuartal II-2020 sebesar minus 5.52 persen. Tren ini juga disokong oleh pemerintah melalui subsidi, bantuan sosial, serta restrukturisasi kredit pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Saat ini, Sri Mulyani menarik langkah strategis dengan mempercepat belanja pemerintah dan terus meningkatkan penyerapan anggaran disisa tahun untuk menstimulasi perekonomian. Meskipun begitu, aspek kesehatan tetap menjadi kunci utama dalam kebangkitan pertumbuhan ekonomi.