KANAL24, Jakarta – Presiden Joko Widodo memastikan ketersediaan 329,5 juta vaksin COVID-19 tersedia yang bersumber dari berbagai produsen.
“Juga perlu saya sampaikan mengenai jumlah dosis vaksin yang telah kita pesan, yang ‘firm order’ dari Sinovac itu 3 juta plus 122,5 juta (dosis), kemudian dari Novavax 50 juta, dari Covax GAVI 54 juta, AstraZeneca 50 juta, dari Pfizer 50 juta vaksin artinya jumlah total yang ‘firm order’ 329,5 juta vaksin,” kata Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Rabu, (6/1/2020).
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam rapat terbatas dengan topik “Penanganan Pandemi COVID-19 dan Rencana Pelaksanaan Vaksinasi” yang dihadiri oleh para menteri kabinet Indonesia Maju serta diikuti para gubernur melalui “video conference”.
3 juta dosis vaksin COVID-19 buatan pabrikan Tiongkok Sinovac telah tiba di Indonesia. Vaksin tersebut tiba dalam 2 kloter yaitu sebanyak 1,2 juta dosis pada 6 Desember 2020 dan 1,8 juta dosis pada 31 Desember 2020 dan telah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia.
Sedangkan Novavax adalah pabrikan vaksin dari Amerika Serikat-Kanada, selanjutnya AstraZeneca merupakan produsen dari Inggris dan Pfizer adalah vaksin dari perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat.
Sementara Covax GAVI adalah kerja sama multilateral antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Vaksin Dunia ( GAVI ) yang terdiri dari 171 negara dengan targetnya menyediakan 2 miliar vaksin hingga akhir 2021.
“Pengaturannya akan dilakukan oleh menteri kesehatan, oleh sebab itu saya minta kesiapan-kesiapan kita dalam rangka menuju vaksinasi itu agar dicek dan dikontrol oleh para gubernur,” tambah Presiden.
Presiden Jokowi pun meminta agar para menteri dan gubenur harus bekerja keras agar “3T” dan “3M” betul-betul dilakukan di lapangan.
“Sekali lagi di lapangan, karena dari survei yang kita lakukan saat ini motivasi disiplin terhadap prokokol kesehatan di masyarakat berkurang, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan ini berkurang. Oleh sebab itu saya minta kepada para gubernur agar menggencarkan kembali masalah kedisiplinan protokol kesehatan karena surveinya tadi memang disiplin terhadap protokol kesehatan menurun,” pungkas Jokowi.(sdk)