KANAL24, Malang – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada triwulan II 2022 memberikan andil terhadap pertumbuhan industri pengolahan non migas sebesar 13,74 persen. Sementara industri pengolahan non migas sendiri pada periode itu tumbuh 4,33 persen.
Industri TPT ini menjadi penyumbang terbesar kedua setelah industri logam dasar yang memberikan andil pada pertumbuhan non migas sebesar 15,79 persen. Sedangkan di urutan ketiga yaitu industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 13,12 persen.
Dengan melihat tren yang positif ini, pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan industri TPT khususnya pakaian jadi seperti batik. Dengan berbagai insentif dan dukungan regulasi terhadap industri TPT, diharapkan kedepan kontribusi terhadap perekonomian semakin besar.
“Industri ini (termasuk batik) juga merupakan salah satu sektor yang cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang dalam 47.000 unit usaha dan tersebar di 101 sentra di Indonesia,” ujar Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin, Doddy Rahadi, Senin (10/10/2022).
Industri TPT khususnya batik mendapat prioritas pengembangan dari pemerintah karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada 2021 mencapai USD46,24 juta dan pada semester I 2022 mencapai USD27,42 juta.
“Industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia. Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ulasnya.(sdk)