KANAL24, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung upaya berbagai pihak untuk mendorong daya saing industri tekstil dan produk tesktil (TPT). Pasalnya pangsa pasar industri ini dinilai masih sangat terbuka lebar. Terlebih sektor ini menjadi tumpuan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal II tahun 2019, industri tekstil dan pakaian jadi sebagai sektor manufaktur yang tumbuh paling tinggi yaitu 20,71 persen. Di samping itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada periode yang sama, naik hingga 3,62 persen (y-on-y) terhadap triwulan II 2018. Hal itu terjadi salah satunya disebabkan melonjaknya produksi industri pakaian jadi sebesar 25,79 persen.
Dari sisi kinerja ekspor, Kemenperin juga memandang industri TPT nasional dalam kurun tiga tahun terakhir terus menanjak. Pada tahun 2016 nilai ekspor mencapai USD11,87 miliar, kemudian di tahun 2017 menyentuh hingga USD12,59 miliar dengan surplus USD5 miliar. Tren positif ini berlanjut sampai tahun 2018 dengan nilai ekspor sebesar USD13,27 miliar.
Oleh sebab itu demi menopang sektor ini, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A Cahyanto mengatakan pihaknya telah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Langkah strategis yang telah dilakukan, antara lain adalah menggelar Diklat 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja).
Dijelaskannya, baru-baru ini BPSDMI telah melepas lulusan Diklat 3 in 1 Operator Mesin Industri Garmen Berbasis Kompetensi sebanyak 303 peserta. Mereka merupakan angkatan 19-21 Tahun 2019 yang berasal dari beberapa Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Lampung.
“Salah satunya yang rutin kami laksanakan, yaitu Diklat 3 in 1 Operator Mesin Industri Garmen Berbasis Kompetensi di Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta,” kata Cahyanto di Jakarta, Senin (12/8,/2019).
Eko pun menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan peran unit pendidikan vokasi industri di lingkungan Kemenperin dalam memasok tenaga kerja yang kompeten sehingga dapat memacu kinerja sektor manufaktur yang produktif, inovatif, dan kompetitif. Langkah ini diperlukan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan seperti kementerian terkait, asosiasi dan pelaku industri, serta akademisi.
“Kemenperin punya visi pada tahun 2035, Indonesia akan menjadi negara industri yang tangguh. Oleh karena itu, kami perlu membekali SDM industri dengan keterampilan, pengetahuan, serta sikap dan perilaku, hingga punya karakter budaya industri agar menjadi SDM yang unggul,” paparnya.
Sementara itu, Kepala BDI Jakarta Hendro Kuswanto menambahkan beberapa diklat 3 in1 yang sudah dilaksanakan BDI Jakarta, di antaranya pelatihan operator garmen, operator tekstil (spinning dan weaving), pengontrol kualitas tekstil dan garmen, supervisor garmen, mekanik mesin garmen, serta pelatihan membatik untuk pengembangan Kelompok Usaha Bersama atau wirausaha baru.
Menurutnya, hingga Agustus 2019, pihaknya telah memberikan pelatihan kepada 8.793 peserta dari total target 10.300 peserta untuk tahun ini. “Jadi, sudah 85,4 persen dari total target tersebut,” kata Hendro. (sdk).