KANAL24, Malang – Memiliki dosen dengan minat menulis yang tinggi, menjadikan Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya meraih posisi pertama kategori fakultas paling banyak publikasi jurnal ilmiah terindeks SCOPUS serta jumlah kontribusi buku. Pada laporan kinerja rektor di rapat terbuka Dies Natalis UB (5/1/2020), jumlah jurnal SCOPUS yang dipublikasikan oleh FT sebanyak 2214 jurnal dan 118 buku.
“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni faktor internal dan juga eksternal. Kalau internal, kita memang melihat bahwa dosen-dosen kita itu senang meneliti dan menulis. Artinya, minatnya sudah sangat meningkat dibanding tahun-tahun yang dulu. Kemauan untuk memproduksi tulisan itu meningkat, contohnya program-program di pasca baik yang S2 maupun S3 mewajibkan semua mahasiswanya untuk publikasi,” terang Wakil Dekan Bidang Akademik Ishardita Pambudi Tama, ST., MT., Ph.D pada wawancara kepada kanal24.co.id (6/1/2020).
Lanjutnya, FT kebetulan memiliki laboratorium yang jumlahnya paling banyak di UB, sampai saat ini jumlah lab. yang dimiliki ada 65 ruang. Jumlah ini jika dilihat untuk satu fakultas tentu hal yang luar biasa, karena untuk bisa melakukan penelitian tidak terlepas dari adanya laboratorium. Sehingga jumlah lab. yang banyak juga akan mendongkrak jumlah penelitian dan nantinya ke publikasi.
Dilihat dari faktor eksternal, menurut dosen Teknik Industri itu bahwa di UB dari era rektor yang dulu sampai sekarang kebijakannya adalah memberikan insentif kepada dosen yang berhasil mempublikasikan tulisannya di jurnal SCOPUS. Sehingga hal tersebut juga menjadi perangsang untuk para dosen menulis lebih banyak lagi.
Produktifitas tulisan di FT memang cukup banyak, satu dosen dalam satu tahun bisa menerbitkan 20-24 jurnal atau kalau dirata-rata 2 jurnal dalam satu bulan. Ishar juga menyampaikan bahwa menulis bukan sesuatu yang sulit asal memiliki niat yang serius untuk menghasilkan suatu karya. Di FT juga lumayan sering diadakan workshop tentang bagaimana menulis jurnal atau buku.
“Kadang-kadang untuk menghasilkan tulisan kesulitannya kita tidak tau caranya. Padahal kita sebagai dosen, pekerjaan kita yang utama adalah mengajar. Mengajar pasti ada materinya, dari materi itu bisa kita kembangkan dan kemudian bisa diramu menjadi sebuah buku. Kemudian, hibah-hibah penelitian yang ada di UB itu sangat banyak, mulai dari dana yang memang dikelola oleh UB sendiri ataupun melalui dana dikti. Hasil penelitian itu juga sangat berpotensi untuk dikonversi menjadi sebuah jurnal atau buku,” jelasnya.
Dosen yang lahir 46 tahun silam itu berharap ingin melihat FT tidak hanya terbatas di jurnal atau buku tetapi untuk hal-hal yang lain, seperti masa studi mahasiswa yang perlu dinaikkan dan IP lulusan yang masih perlu digenjot lagi.
“Kita ingin tunjukkan kuliah di FT kesannya tidak sulit. Kita juga tetap mempertahankan kualitas tetapi tolak ukur kinerja juga tetap kita perhatikan. Dari apa yang sudah kita capai seperti banyaknya jumlah jurnal dan buku yang kita publikasi, kita ingin tingkatkan lagi kualitasnya untuk jumlah jurnal SCOPUS dan bagaimana caranya supaya sitasi jurnalnya juga bertambah,” tutup Ishar. (meg)