Rasulullah bukanlah seorang peramal, namun Rasulullah diberi mukjizat bahwa nabi bisa mengetahui apa yang ada di balik punggungnya.
“Tegakkanlah (luruskanlah) shaff-shaff kalian (dan rapatkanlah), karena sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari arah belakang punggungku”.(HR. Bukhari)
Artinya nabi juga mengetahui apa yang akan terjadi di aasa yang akan datang berdasarkan wahyu dari Allah swt. Sebab tidaklah nabi berkata dan bertindak dengan hawa nafsunya melainkan hanyalah sebab wahyu semata.
Termasuk gambaran nabi atas keadaan ummatnya di akhir zaman yaitu adanya zaman yang semakin rusak dan penuh fitnah berupa banyaknya para pendusta diberi kepercayaan sementara orang-orang terpercaya didustakan.
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum.” (HR. Al-Hakim).
Fenomena khudda’aat, realitas penuh tipu daya, atau kebohongan terjadi dimana, hoax seakan menjadi menu keseharian masyarakat. Semua orang (baik dari kalangan orang solihnya ataupun tholihnya/buruk/bajingan) sulit membedakan mana berita atau kabar yang jujur , sebenarnya dan mana yang bohong penuh dusta. Hadist tersebut juga menjelaskan bahwa saat itu para pendusta pembohong dipercaya dan diberi kepercayaan. Dari kalimat hadist nabi tersebut secara tersirat nabi menjelaskan bahwa sesungguhnya pembuat hoax dan penyebar awal hoax adalah dari kalangan pendustanya, namun anehnya merekalah yang dipercaya daripada kalangan orang solihnya.
Saat berita bohong terus menerus diviralkan maka pada akhirnya hal itu akan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar, yang jujur dibilang penipu dan yang penipu dianggap pahlawan. Semua fakta kebenaran dijungkir balikkan. Dan hal demikian terus menerus di produksi dan diviralkan hingga akhirnya masyarakat umum kehilangan daya seleksi kebemarannya sementara provokasi kebohongan terus menerus diviralkan hingga akhirnya masyarakat menganggap bahwa kebohongan itu sebagai sebuah kebenaran.
Sehingga para pelaku kebohongan akan lebih dipercaya oleh masyarakat sementara orang baiknya akan didustakan.
Benarlah sabda nabi selanjutnya bahwa pada masa itu para pengkhianatnya diberi kepercayaan sementara orang-orang yang jujur didustakan bahkan dikriminalisasi karena dianggap menyebarkan kebohongan. Nilai-nilai kebaikan saat itu telah terjungkir balikkan. Sehingga kebenaran dan kebaikan dianggap sebuah keburukan yang harus dimusuhi dan dilawan sementara kebathilan dan kemungkaran diagung-agungkan, dipuji bahkan dibela.
Disebabkan pemutarbalikan berita yang hoax itu sehingga amanah publik diserahkan pada para pengkhianatnya sementara mereka yang baik, shalih dan jujur mendekam dipenjara karena kebohongan yang dijustifikasi, dibenarkan dan dikuatkan oleh opini publik yang terbalikkan dan telah berhasil dikuasai oleh para pembohongnya melalui berbagai media yang telah mereka kuasai.
Dengan kondisi yang demikian, mayoritas penduduk menkonsumsi berita bohong melalui berbagai media yang ada hingga mereka termakan oleh kebohongan (hoax) dan lebih mempercayai kebohongan daripada suara kebenaran sehingga mereka rela mendukung kebohongan.
Akhirnya pada masa itu pemimpin mereka pun dipilih sebab kebohongan. Mayoritas penduduknya sudah tidak lagi peduli dengan kapasitas kepemimpinan dari sosok seorang pemimpin, sebab seseorang yang tidak berkompeten dapat dipoles sedemikian rupa melalui media yang mereka kuasai dengan kebohongan pula agar tampak kompeten. Akhirnya lengkaplah sudah masa itu sebagai masa khuddaa’aat (masa penuh tipu daya), realitas penuh kebohongan, rakyatnya termakan oleh kebohongan yang akhirnya merekapun memilih pemimpin yang tidak amanah. Karena memang bahwa pemimpin adalah merupakan wajah mayoritas rakyatnya.
Sebagaimana keadaan kalian, demikian pulalah kalian akan diberi kepemimpinan.
Inilah pemimpin yang disebut oleh Rasulullah saw dengan sebutan Ruwaibidhah. Yaitu orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum. Sehingga amanah diurus bukan oleh orang terbaiknya, namun diberikan kepada mereka yang bukan pada ahlinya. Dan jika ini yang terjadi maka tunggulah kehancurannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari)
Demikianlah Rasulullah menggambarkan tentang fenomena akhir zaman yang sangat presisi dengan realitas dimana saat sekarang ini kita hidup. Apa Inikah zaman yang disebut oleh nabi saw itu…???? wallahu a’lam bish showab.
Semoga kita diselamatkan dari buruknya perilaku manusia di zaman itu dan dilindungi dari kejinya fitnah yang terjadi. Semoga kita diberi kekuatan iman untuk terus menapaki jalan para shalihin mukhlisin yang berjuang di jalan-Nya. Biarlah dianggap kalah dalam percaturan dunia, asal tak salah di hadapan Allah swt. Selamatkan kami dan anak cucu kami serta ulama kaum muslimin dari fitnah akhir zaman ini. Aamiiiin…
Penulis Akhmad Muwafik Saleh. Dosen Fisip UB dan motivator